Ikhbar.com: Rasisme menjadi salah satu kecenderungan manusia yang ditentang Islam. Sejak kali pertama mendapatkan wahyu dari Allah Swt, Rasulullah Muhammad Saw mengemban misi untuk membebaskan umatnya dari bahaya diskriminasi berbasis identitas.
Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala menceritakan betapa Nabi Saw menentang tindakan rasisme yang kala itu masih lazim terjadi di bumi Arab. Salah satunya, dalam membela budak berkulit hitam milik Umayyah bin Khalaf, Bilal bin Rabah, kala disiksa majikannya.
Di saat matahari begitu terik, Umayyah membaringkan tubuh Bilal di atas padang pasir dan meletakkan batu besar di atas tubuh budaknya itu. Ia memaksa Bilal untuk menyembah Latta dan Uzza, tetapi putra Hamamah itu justru terus berkata “Ahad, Ahad (Allah Yang Satu).”
Melihat begitu berat siksaan kaum kafir kepada Bilal, Nabi Saw memerintahkan Abu Bakar Ra agar membebaskan lelaki berjuluk Abu Abdillah itu dengan membayarkan tujuh uqiyyah kepada Umayyah.
Sejak saat itu, Bilal selalu menemani perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw. Ia bahkan diangkat menjadi muazin pertama dalam Islam, juga dipercaya sebagai bendahara Baitul Mal. Sebuah jabatan mulia yang tak mudah didapatkan mantan budak Habasyah (Ethopia) di kalangan Arab pada masa itu.
Baca: Tidak Ada Rasisme dalam Islam
Bagi Rasulullah Saw, rasisme adalah prilaku Jahiliyah yang harus dihapuskan. Pernah suatu ketika, Abu Dzar mencela Bilal karena warna kulit dan garis keturunannya yang non-Arab. Rasulullah Saw kemudian segera menasehati Abu Dzar:
“Wahai Abu Dzar apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya kamu masih memiliki (sifat) Jahiliyah. Saudara-saudara kalian adalah tanggungan kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah tangan (tanggungan) kalian. Barangsiapa yang saudaranya berada di bawah tangannya (tanggungannya), maka jika dia makan berilah makanan seperti yang dia makan. Bila dia berpakaian berilah seperti yang dia pakai, janganlah kalian membebani mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka.” (HR. Bukhari)
Upaya Rasulullah Saw dalam menghapuskan rasisme tak hanya ditujukan pada persoalan latar belakang keturunan dan warna kulit. Nabi Saw juga mengangkat harkat martabat perempuan yang kala itu diperlakukan Bangsa Arab dengan sangat buruk dan tidak adil.
Sikap antirasisme juga terlihat jelas dalam ajaran Islam yang menempatkan umatnya dengan setara. Dalam saf salat misalnya, setiap Muslim berada pada posisi sejajar dan siapapun dibolehkan, bahkan dianjurkan berada di saf depan. Juga dalam beribadah haji, umat Islam dari berbagai penjuru dunia dipersatukan untuk melakukan ritual ibadah yang sama. Tanpa melihat latar belakang, warna kulit, dan jenis kelamin.
Saking pentingnya penghapusan rasisme, di akhir masa hidupnya, Rasulullah Saw bahkan memperingatkan umat muslim untuk meninggalkan sikap Jahiliyah itu, tepatnya saat menyampaikan khutbatul wada (khotbah perpisahan).
“Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang non-Arab dan bagi orang non-Arab atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad).