Ikhbar.com: Pada akhir bulan Syakban, Rasulullah Muhammad Saw menyampaikan pidato di hadapan para sahabat. Dalam kesempatan tersebut, Nabi Saw memberikan penjelasan tentang keistimewaan Ramadan, anjuran takwa, serta meningkatkan kepedulian sosial.
Diriwayatkan dari Ibnu Khuzaimah serta puluhan perawi lainnya, berikut naskah lengkap pidato Nabi Muhammad Saw jelang Ramadan:
أَيُّهَا الَّناسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُباَرَكٌ، شَهْرٌ فِـيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ جَعَلَ اللهُ صِياَمَهُ فَرِيْضَةً وَ قِياَمَ لَيْلَهُ تَطَـوُّعاً مَنْ تَقَرَّبَ فِـيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ اْلخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِـيْماَ سِوَاهُ وَمَنْ أَدَّى فِـيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِـيْمَا سِواَهُ وَهُوَ شَهْرُ الصَّـبْرِ وَالصَّـبْرُ ثَـوَابُهُ الْجَنَّةُ وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ وَ شَهْرٌ يَزْدَادُ فِـيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِـيْهِ صَائِماً كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ وَ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ قَالُوْا لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَن فَطَّرَ صَائِماً عَلىَ تَمْرَةٍ أَوْ شُرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مذَقَّةِ لَبَنٍ وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتــْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ وَاسْتَكْثَرُوْا فِـيْهِ مِن أَرْبَـعِ خِصَالٍ: خَصْلَتَيْنِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا ربَّكُمْ وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنىَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتاَنِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا ربَّكُمْ فَشَهَادَةُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ تَسْتَغْفِرُوْنَهُ وَأَمَّا اللَّتاَنِ لاَ غِنىَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَـتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ وَ تَـعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ وَ مَنْ أَشْبَعَ فِـيْهِ صَائِماً سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شُرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَى يَدْخُلَ اْلجَنَّةَ
Baca: Bingung dengan Perbedaan Awal Ramadan? Ini Solusinya menurut Fikih
Terjemah
“Wahai manusia, sungguh bulan agung dan penuh berkah telah menaungi kalian. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasa sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai kesunahan. Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadan, maka sama dengan menjalankan 70 kewajiban di bulan lain.”
“Ramadan adalah bulan kesabaran. Sedangkan balasan ketabahan dan kesabaran adalah surga. Ramadan adalah bulan pertolongan. Pada bulan itu, rezeki orang-orang mukmin akan ditambah.”
“Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka. Orang itu juga akan memperoleh pahala setimpal dengan pahala orang yang berpuasa. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikit pun.”
Di sela khutbah, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tak semua dari kami memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain.”
Rasulullah Saw menjawab, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, seteguk air, atau pun hanya seteguk susu.”
Nabi Saw melanjutkan, “Dialah Ramadan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi ampunan, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka.”
“Barang siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu-pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka.”
“Oleh karena itu dalam bulan Ramadan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh rida Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. (Untuk meraih) dua bagian yang pertama, hendaklah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan memohon ampunan kepada-Nya. (Untuk meraih) dua bagian yang kedua hendaklah memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka.”
“Barang siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga.”
Baca: 25 Ucapan Selamat Ramadan dalam Bahasa Arab dan Terjemahannya
Status hadis
Sejumlah ulama menyatakan bahwa status hadis tersebut adalah daif (lemah). Meskipun begitu, boleh mengadopsi kandungannya yang bernilai baik sebagai fadha’ilul a’mal (keutamaan dalam beramal).
Hal itu, sebagaimana pendapat Sayyid Muhammad Al-Maliki bin ‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul-‘Aziz Al-Maliki yang menghukumi boleh untuk mengamalkan hadis daif dengan catatan hanya untuk keutamaan, bukan untuk menentukan hukum.
Bahkan, Sayyid ‘Alawi dalam Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif menyatakan bahwa kebolehan mengamalkan hadis daif untuk fadhailul ‘amal itu sudah menjadi kesepakatan para ulama ahli hadis.
Senada, Al-Imam Abu Daud Al-Sijistani dalam Sunan Abu Daud memberikan rambu membolehkan mengamalkan hadis daif apabila tidak ditemukan hadis lain yang menjelaskan masalah tertentu.
Sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan, hadis dhaif lebih dicintainya ketimbang ra’yu (pendapat akal).