Kaleidoskop Sirah: Panggilan Akrab, Julukan, hingga Keistimewaan Nama Nabi Muhammad

Kaligrafi nama Nabi Muhammad di Turkiye. Dok ISTOCKPHOTO

Ikhbar.com: Etika dan sopan santun menjadi fokus utama dari risalah yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu, dalam sejumlah hadis ditegaskan bahwa kehadiran Rasulullah Saw di muka bumi, tiada lain, ialah demi menyempurnakan akhlak.

Bagian dari risalah itu adalah anjuran Rasulullah Saw agar setiap Muslim senantiasa menerapkan akhlakul karimah. Terutama, kepada guru dan orang-orang yang lebih tua.

Penanda akhlak

Ulama asal Turki, Syekh Muhammad Fadhil Al Jailani menceritakan, atas dasar pengarusutamaan akhlak yang luhur itulah, maka tidak ada satu pun sahabat Rasulullah yang berani menyebut Nabi Muhammad dengan namanya.

“Ketika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka mengucapkan ‘Assalamualaika, ya Rasulullah.’ Tidak dengan menyebutkan nama langsung, tetapi dengan kalimat ‘ya Rasulullah,” terang Syekh Fadhil, dalam artikel berjudul “Sahabat Tidak Memanggil Nabi Hanya dengan Nama ‘Muhammad” yang di Ikhbar.com pada Sabtu, 29 April 2023 lalu.

Syekh Fadhil melanjutkan, karena para sahabat sangat menghormati Nabi Muhammad Saw, maka tidak ada seorang pun yang berani memanggil Rasulullah hanya dengan panggilan “Muhammad.”

“Mereka tidak pernah mengatakan ‘Wahai Muhammad,’ Kenapa? Karena malu dan karena adab, etika, dan tata krama dalam menyebut nama seorang yang mulia, Rasulullah Muhammad,” kata Syekh Fadhil.

Baca: Nama-nama Lain Nabi Muhammad

Nama-nama luhur

Di sisi lain, orang-orang atau tokoh yang terlahir dalam tradisi Arab lazim memiliki banyak nama. Setidaknya, ada dua sebutan yang kerap mengiringi nama asli mereka, yakni nama kunyah atau panggilan kebesaran dan nama laqab atau sapaan yang disertai dengan sandaran keluarga, seperti diawali kata Abu, Ibnu, dan lainnya.

Hal serupa tampaknya juga berlaku bagi Nabi Muhammad Saw. Hanya, nama-nama pengiring Rasulullah tidak terbatas pada kategori laqab dan kunyah, akan tetapi mencakup segala hal yang menunjukkan karakter, peristiwa, perjalanan sejarah dakwah Islam, nasihat, hingga janji-janji Allah di hari kemudian.

Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah persis nama-nama yang pernah disandarkan kepada Nabi Saw. Sebagian besar dari mereka meyakini bahwa Rasulullah Saw memiliki 99 nama selayaknya asma’ul husna atau nama-nama indah yang dimiliki Allah Swt.

Berbeda dengan pandangan tersebut, Ibnu Dihyah menaksir nama-nama Nabi Saw berjumlah 300 buah. Bahkan, ulama lainnya, seperti Abu Bakar Ibn Al-Arabi memprediksi, total dari sebutan agung itu menembus hingga 1.000 nama. Keseluruhan nama itu antara lain tercantum di dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw.

Paling tidak, ada lima sapaan yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad di dalam Al-Qur’an. Yakni nama Muhammad itu sendiri, kemudian Ahmad, Rasul, Nabi, dan Basyar (manusia biasa).

Sementara itu, ‘Athif Qosim Amin Al-Maliji dalam Asma’ Nabi fii al-Qur’an wa as-Sunnah memaparkan, nama yang pernah disandang Rasulullah Saw dan cukup masyhur digunakan antara lain:

  • Muhammad
  • Ahmad
  • Abdullah (Hamba Allah)
  • Al-Ummi (yang tidak bisa membaca)
  • Ar-Rahim (Penyayang)
  • Al-Basyir (Yang melihat)
  • Asy-Syahid (Yang menyaksikan)
  • An-Nadzir (Penjaga)
  • Ad-Da’i Ilallah (Pengajak menuju Allah)
  • Al-Muballigh (Pendakwah)
  • Al-Hanif (Yang Lurus)
  • Al-Mahi (Penghapus)
  • Nabi At-Taubah (Nabi pertaubatan)
  • An-Nur (Cahaya)
  • As-Sirajul Munir (Lampu penerang)
  • Al-Musthafa (Pilihan)
  • Al-Mudatsir (Yang berselimut)
  • Al-Muzammil (Yang berselimut)
  • Ath-Thahir (Suci)
  • Al-Muthahar (Berani dan cerdas)
  • Al-Muthahir (Menyucikan)
  • Al-Mutawakkal (Berserah diri)
  • Al-Amin (Dipercaya)
  • Ash-Shadiq (Jujur)
  • Thaha
  • Al-Jami’ (Mengumpulkan)
  • Al-Wali (Kedekatan)
  • Al-Fatih (Pembuka)
  • Al-Hadi (Petunjuk)
  • Shahibul Kautsar (Pemilik Telaga Kautsar di Surga)

Imam Nawawi dalam Tahdzibul Asma’ wa al-Lughah menjelaskan, tradisi Arab memiliki keyakinan bahwa semakin banyak nama atau julukan yang disandang seseorang, hal itu berbanding lurus dengan keagungan sosok yang dimaksud.

“Jadi betapa agung dan mulianya sosok Nabi Muhammad Saw sehingga ia memiliki banyak sekali sebutan,” tulis Imam Nawawi.

Baca: Keistimewaan Nama Muhammad

Muhammad yang mulia

Kesempurnaan Nabi Muhammad Saw bukan hanya terletak pada rupa, akhlak, dan sejarah hidupnya yang penuh perjuangan. Namun, keistimewaan-keistimewaan di luar keumuman pun muncul sejak masa kelahiran, termasuk dari mulai pemberian nama.

Imam Abu Abdilah Az-Zurqani dalam Syarh Mawahibul Ladduniyyah menceritakan, kata “Muhammad” pada mulanya merupakan lafal yang tidak pernah terpikirkan sekali pun oleh masyarakat Arab untuk dijadikan sebuah nama.

“Kata ‘muhammad’ merupakan isim maf’ul (objek) dari kata ‘hamdun’ yang berarti pujian. Artinya, nama ini merupakan salah satu kosa kata Bahasa Arab yang sudah semestinya tidak begitu asing di kalangan masyarakat Makkah saat itu. Anehnya, nama itu tidak pernah terbesit dalam pikiran orang Arab untuk dijadikan nama bagi anak-anak mereka,” tulis Imam Az-Zurqani.

“Nama ini benar-benar pertama kali dipakai oleh Nabi Muhammad Saw,” sambungnya.

Sosok yang pertama kali menamai sosok yang kelak menjadi nabi penutup itu adalah sang kakek, Abdul Muthalib. Penamaan “Muhammad” pada cucu kebanggaannya itu mengandung doa agar di msa depan sang bayi mampu menjadi sosok yang menuai banyak pujian dari alam semesta.

“Abdul Muthalib mendapatkan nama tersebut dari sebuah mimpi. Dalam mimpi ia melihat rantai perak yang keluar dari punggungnya. Rantai itu memiliki empat ujung yang membentang ke arah berbeda. Satu berada di langit, satu berada di bumi, satu berada di arah barat, dan satu lagi berada di arah timur. Kemudian, rantai itu berubah menjadi pohon yang semua daunnya memancarkan cahaya. Seluruh manusia bergelantungan pada pohon itu,” tulis Imam Az-Zurqani.

Mimpi tersebut menghadirkan makna bahwa kelak Abdul Muthalib mempunyai keturunan yang akan diikuti umat manusia dari barat sampai timur yang selalu mendapat pujian dari penduduk langit dan bumi.

“Sejak saat itu pula ia bertekad jika keturunan itu sudah lahir akan dinamai ‘Muhammad’ yang artinya orang yang banyak mendapat pujian,” tulisnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.