Ikhbar.com: Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menjadi salah satu unit bergengsi dalam institusi ketentaraan di Indonesia. Paspampres memiliki tanggung jawab penuh dalam melakukan pengamanan fisik jarak dekat, baik untuk melindungi Presiden, Wakil Presiden, Mantan Presiden, keluarga Presiden dan Mantan Presiden, hingga tamu negara setingkat kepala negara/kepala pemerintahan.
Pasukan khusus pengawalan pimpinan negara ini juga termasuk unit tertua dalam sejarah militer dunia. Termasuk dalam sejarah Islam, pasukan pengawal khalifah sekelas Paspampres ini tergabung dalam satuan Haras.
Sejarawan dari Hebrew University of Jerusalem, Israel, Yaara Perlman dalam The Bodyguard of the Caliphs During the Umayyad and the Early Abbasid Periods (2015) mengungkapkan, satuan Haras biasanya dipimpin seorang kepala suku yang berpengalaman dalam urusan keamanan dan administratif.
“Kualifikasi untuk posisi kepala satuan ini kemungkinan besar mencakup keterampilan militer, kekuatan fisik, kesetiaan kepada khalifah, dan keterampilan administratif,” tulisnya, dikutip pada Selasa, 29 Agustus 2023.
Dari khalifah ke khalifah
Keberadaan Haras sebenarnya sudah muncul sejak kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Hanya, mereka terdiri dari para Hawari alias sahabat-sahabat dekat Rasulullah. Di antara dari mereka adalah Abu Bakar As-Shidiq, Sa’ad bin Abi Waqqas, Sa’d bin Mu’adh , Dzakwan bin Al-Qays, Zubair bin Awwam, Bilal bin Rabah, Abbad bin Bishri, dan Abu Ayyub Al-Ansari.
Sebagaimana dikutip dalam The Guards of the Prophet I (2013), Kementerian Wakaf dan Urusan Islam Qatar juga memasukkan peran dan eksistensi Haras pada masa Kekhalihan Abu Bakar. Kala itu, satuan khusus itu berada di bawah komando Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Zubair bin Awwam.
“Merekalah yang menyetop pemberontak yang hendak menyerang Madinah dan berbalik mengejar mereka menuju Dumat al-Jandal. Khalifah Abu Bakar terpaksa menggunakan unit ini karena seluruh pasukan utama sedang dibawa Usamah bin Zaid untuk menjalankan misi di Balqa,” kata Perlman.
Baca: Alkimia, bukan Kimia, Cara Barat Singkirkan Peran Ilmuwan Islam
Unit Haras juga dibentuk pada masa Kekhalifahan Muawiyah I (661–680). Unit ini dipertahankan seiring adanya percobaan pembunuhan yang menyasar khalifah.
“Khalifah menunjuk Muslim Abu Abdullah sebagai pemimpinnya dan membangun sebuah ruangan yang dijaga di dalam masjid. Dia juga menyuruh anggota Haras berjalan di depannya lengkap dengan membawa tombak di setiap upacara formal,” katanya.
Di saat Kekhalifahan Umayyah berbasis di Spanyol, unit Haras didirikan oleh Al-Hakam I (796-822) pada 805. Haras dipimpin oleh wakil dari umat Kristen di Cordoba, Rabi, putra Theodulf, yang juga menjabat sebagai pemungut pajak.
“Rabi kemudian disingkirkan dan dieksekusi karena dugaan penyelewengan,” tulis Perlman.
Menurut Perlman, komandan Haras memang biasa diambil dari golongan mawali, yakni orang-orang dengan profil non-Arab atau orang Arab yang baru memeluk Islam. Alasannya, kekurang-setiaan orang Arab pada sukunya atau unsur elitisme yang menjangkit mereka waktu itu, dinilai berpotensi pada ketidak-setiaan mereka terhadap khalifah.
“Pergantian pimpinan pun terkadang harus diserahkan kepada orang yang memiliki hubungan dekat dengan kepala sebelumnya,” tulis dia.
Selayaknya komandan mereka, Perlman menyebut, pasukan Haras pun didominasi oleh mawla, istilah yang tidak jauh berbeda makna dengan mawali.
“Jumlah keanggotaan unit Haras bervariasi. Mulai dari 300 orang pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, hingga 500 orang pada masa Al-Mahdi,” ungkap Perlman.
Dari segi persenjataan, masih dalam buku yang sama, Perlman menjelaskan, mereka dibekali tombak panjang yang disebut hirab dan tongkat besi yang bernama ‘umud. “Ada pula yang mengatakan setiap dari mereka dilengkapi dengan cambuk,” katanya.
“Sedangkan komandan Haras biasanya membawa pedang yang dianugerahkan secara khusus melalui upacara di saat pelantikan,” sambung Perlman.
Baca: Lewat Kopi, Islam Singkirkan Pamor Alkohol dan Perluas Jangkauan Syiar
Haras dan politik
Unit Haras memang memiliki tanggung jawab utama sebagai pengawal pribadi para khalifah. Mereka terus mengawal khalifah baik saat pertemuan-pertemuan, ketika melaksanakan salat, serta penjagaan penuh pada malam hari.
“Namun, tidak jarang, mereka juga digunakan oleh khalifah yang berkuasa untuk mengintimidasi oposisi. Misalnya, ketika Muawiyah menuntut agar seseorang menerima putranya, Yazid sebagai penggantinya dan berjanji setia kepadanya. Para anggota Haras-lah yang dikirim untuk mereka yang dianggap membangkang dari keputusan tersebut,” kata Perlman.
“Yazid juga dilaporkan pernah mengirimkan sejumlah anggota Haras guna memastikan kesetiaan Abdullah bin Zubair,” sambungnya.