Ikhbar.com: Ketika masyarakat tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang akar-akar sejarahnya, kekacauan dan ketidakpastian sering kali muncul. Pengalaman dan peristiwa yang tercatat dalam sejarah perlu dipelajari guna menguatkan moral, etika, dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk identitas suatu kelompok masyarakat.
Bahkan, sahabat Nabi Muhammad Saw, Abdullah bin Mas’ud memasukkan pemahaman terhadap sebabak pengalaman sebagai salah satu kunci kebahagiaan.
“Orang yang berbahagia (beruntung) adalah orang yang mengambil nasehat (pelajaran) dari (peristiwa yang dialami) orang lain.” (HR. Muslim)
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt pun bersumpah dengan menggunakan kata al-‘asr (masa). Sebab, di dalam satu masa atau zaman terdapat peristiwa-peristiwa yang bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi manusia.
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, serta saling menasehati untuk menaati kebenaran dan kesabaran.” (Al-‘Asr:1-3)
Baca: Mengenal Ismail Al-Jazari, Ilmuwan Muslim Pencipta Robot Pertama di Dunia
Sejarah dalam kamus cendekiawan Muslim
Cendekiawan sekaligus sejarawan Muslim abad ke-14, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya mendefinisikan sejarah sebagai siklus yang berulang. Menurutnya, setiap masyarakat memiliki fase kemunculan, perkembangan, kemunduran, dan kejatuhannya sendiri.
“Sejarah merupakan catatan yang memuat penjelasan tentang perubahan yang terjadi pada watak masyarakat,” tulisnya, dikutip pada Jumat, 11 Agustus 2023.
Ibnu Khaldun juga mengungkapkan bahwa inti dari sejarah adalah nazhr (pengamatan) dan tahqiq (upaya mencari kebenaran). Sejarah perlu dipelajari karena mampu memberikan wawasan mendalam tentang penyebab dan asal-usul entitas, pemahaman mengenai substansi, esensi, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi berbagai peristiwa.
Filsuf dan penyair Muslim asal Pakistan, Muhammad Iqbal dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam (1930) berpendapat, pemahaman sejarah adalah kunci untuk merevitalisasi semangat umat Islam.
Baca: Twitter Ganti Logo, Bagaimana Cara Menulis Huruf ‘X’ dalam Bahasa Arab?
“Masa lalu adalah sumber inspirasi yang harus kita manfaatkan untuk membangkitkan kembali semangat dan energi kita dalam menghadapi tuntutan zaman yang baru,” ungkap dia.
Sementara itu, Mohammed Arkoun, seorang intelektual Muslim kontemporer dalam Rethinking Islam Today (1987) menekankan pentingnya mengkaji ulang sejarah dan menghadapinya dengan pandangan kritis. Baginya, sejarah tidak hanya tentang fakta, tetapi juga interpretasi yang terus berkembang.
“Sejarah adalah tempat di mana kita mencoba untuk memahami kembali apa yang telah terjadi. Ini adalah upaya yang tak kunjung usai untuk memahami dengan lebih baik dan lebih kritis,” tulis dia.