Ikhbar.com: Bulan Safar menjadi titik mula masa sakit yang dialami Nabi Muhammad Saw. Sepulang menunaikan haji, Rasulullah Saw terserang penyakit panas, tepatnya mulai 29 Safar tahun 11 Hijriah.
Di jelang usianya yang ke 63 tahun, Rasulullah Saw mengalami sakit kepala dan demam tinggi hingga 14 hari. Meskipun sedang terkulai lemah, pada mulanya Nabi Saw masih sempat mengimami salat berjamaah, sebelum kemudian dipasrahkan kepada sahabatnya, Abu Bakar As-Shidiq.
Di suatu hari, saat kepalanya bertumpu di pangkuan Aisyah, Rasulullah Saw meminta istrinya itu untuk membuang sisa hasil berdagangnya yang terakhir, berupa tujuh koin uang. Rasulullah pun selalu menyebut nama Allah Swt hingga di hari penuh kesedihan bagi jagat raya tersebut tiba.
“Ya Allah, kepada Ar-Rafiq Al-A’la (sahabat yang agung, tempat tertinggi di surga),” ucap Rasulullah, lirih.
Baca: Menilik Isi Piagam Madinah, Dokumen Nasionalisme Umat dalam Sejarah Islam
Pertemuan dengan Jibril
Dalam Nur al-Abshar fi Manaqib Ali an-Nabi al-Mukhtar, Syekh Mukmin bin Hasan menceritakan masa-masa terakhir sebelum Rasulullah Saw wafat. Ketika suhu badan Nabi Saw kian panas, Malaikat Jibril As turun menemui Rasulullah.
Meskipun hubungan Rasulullah dan Jibril As sudah begitu dekat, tetapi Nabi Saw hanya pernah melihat wujud asli malaikat penyampai wahyu itu sebanyak dua kali. Rasulullah Saw menggambarkan, Jibril memiliki 600 sayap dan bisa menutupi ufuk.
Pertemuan pertama Rasulullah Saw dengan Malaikat Jibril terjadi saat Nabi menerima wahyu pertama berupa QS. Al-Alaq. Saat itu, Nabi Saw yang sedang menyendiri di Gua Hira didatangi Jibril yang berkata, “Bacalah!”
Rasulullah menjawab,”Aku bukan pembaca.”
Lalu Jibril memegang Nabi dan memeluk dengan sekeras-kerasnya. Jibril As kembali berkata, “Bacalah!” Hingga Rasulullah pun kembali menjawab, “Aku bukan pembaca.”
Peristiwa itu dilakukan berulang hingga tiga kali, sampai Jibril memegang Rasulullah lantas dan memeluk dengan sekeras-kerasnya kemudianberkata, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Baca: Nisfu Syakban, Malam Ampunan, Hari Para Malaikat Berlebaran
Hilangnya 10 mutiara
Ketika ditemui Jibril di masa-masa sakitnya, Rasulullah bertanya, “Wahai Jibril, apakah engkau masih akan turun ke bumi setelah sepeninggalku nanti?”
Jibril menjawab: “Iya, wahai Rasulallah. Setelah sepeninggal engkau, aku masih akah turun ke bumi sebanyak 10 kali.”
Nabi bertanya kembali, “Apa yang membuatmu kembali turun ke bumi?
“Aku akan mencabut 10 jawahir (mutiara/keindahan) dari bumi,” jawab Jibril.
“Apa saja 10 keindahan itu, wahai Jibril?” tanya Nabi.
Kemudian Malaikat Jibril menjelaskan satu persatu. Pertama, arfa’u al-barakah min al-ardhi, aku akan mengangkat keberkahan dari muka bumi.
Keberkahan merupakan ziyadatul khair, nilai tambah kebaikan. Ketika keberkahan diangkat dari bumi maka hilang segala hal ihwal yang bersifat kebaikan.
Mutiara kedua yang diambil Malaikat Jibril adalah “Al-mahabbah min qulubi al-khalqi. Aku akan mengangkat rasa cinta dari hati manusia.” Setelah itu, manusia hanya bisa saling memusuhi, saling curiga, dan saling menyalahkan.
Ketiga, “Arfa’u al-syafaqata min qulubi al-aqarib. Aku akan mengangkat kasih sayang dari hati keluarga dan kerabat.” Keempat, “Arfa’u al-‘adl min al-umara. Aku akan mengangkat keadailan dari hati para pemimpin.”
Baca: 70 Ribu Tahun Sekali Jibril Melihat Nur Muhammad
Lalu, kelima, kata Jibril, “Arfa’u al-haya min an-nisa. Aku akan mengangkat rasa malu pada setiap perempuan.” Ketika rasa malu sudah diangkat, para perempuan akan gemar mengumbar aurat di depan umum. Bahkan, manusia tidak lagi punya rasa malu untuk membanggakan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Mutiara keenam yang akan diangkat Malaikat Jibril adalah al-shabra min al-fuqara (Kesabaran dari orang-orang fakir dan miskin). Ketujuh, “Arfa’u wara’a wa zuhda min al-ulama. Aku akan mengangkat sifat wara dan zuhud dari para ulama,” kata Jibril.
Wara adalah sifat kehatian-hatian dari barang yang syubhat, apalagi barang yang haram. Sementara zuhud ialah sifat tidak mementingkan dunia.
Kedelapan, arfa’u al-syakha min al-aghniya, Jibril akan mengangkat sifat dermawan dari orang-orang kaya. Kesembilan, arfa’u al-Qur’an, yakni, Malaikat Jibril AS akan mengangkat Al-Quran. Jibril akan mengambil roh Al-Quran itu sehingga manusia hanya mengenalinya lewat tulisan tanpa memahami dan mengamalkan maknanya dengan benar.
“Dan kesepuluh, arfa’u al-iman. Aku akan mengangkat iman dari hati manusia,” kata Jibril.
Inilah mutiara yang paling berharga dari sembilan mutiara lainnya. Ketika mutiara ini sudah diangkat, maka manusia akan berakhir menjadi makhluk yang kafir.