Ikhbar.com: Sebelum terlibat aktif bersama pasukan Islam di dalam beberapa pertempuran, Rufaidah Al-Aslamiyah merupakan satu di antara penduduk Madinah yang menyambut kedatangan Nabi Muhammad Saw ketika berhijrah dari Makkah. Setelahnya, Rufaidah berbaiat kepada Rasulullah dan menyatakan menjadi bagian dari umat Islam di masa awal.
Rufaidah merupakan putri dari Sa’ad Al-Aslamy, seorang dokter di Yatsrib. Sejak remaja, Rufaidah banyak belajar tentang ilmu kedokteran dari sang ayah tercinta. Hingga kemudian ia menjadi sosok yang cakap, sigap, dan terampil dalam pertolongan pertama di dalam kecamuk perang, terutama di masa-masa kejayaan Islam di Madinah.
“Jasa Rufaidah di dalam Islam mulai tercatat ketika pertempuran Khandaq meletus,” tulis pemerhati sejarah kedokteran dunia, Syarif Kaf al-Ghazal, dikutip dari Muslim Heritage, Ahad, 12 November 2023.
Rufaidah adalah sosok yang menginisiasi pendirian tenda medis yang sangat mirip dengan sistem yang diadopsi dalam perang modern. Di dalam perang yang terjadi pada tahun kelima setelah hijrah tersebut, Rufaidah sibuk merawat luka-luka prajurit Islam dengan peralatan dan tempat pengobatan yang dibangun secara portabel.

Baca: Daftar Politikus Perempuan dalam Sejarah Peradaban Islam
Tercatat dalam hadis
Peran dan nama Rufaidah bahkan tercatat dalam hadis Nabi Muhammad Saw ketika menceritakan satu sahabat bernama Sa’ad bin Muadz terkena panah pasukan kafir Quraisy. Rasulullah Saw bersabda, “Tempatkanlah Sa’ad dalam kemah Rufaidah di Masjid (Nabawi) agar aku dapat menjenguknya dari dekat.” Ketika Sa’ad dalam perawatan, Rasulullah saw selalu menanyakan kabarnya setiap pagi dan sore.
Cara Rufaidah dalam menangani luka yang diderita Sa’ad termasuk cukup revolusioner. Dia tidak serta mencabut anak panah yang menancap di lengan Sa’ad, akan tetapi terlebih dahulu berupaya untuk menghentikan aliran darah di sekitar area kritis tersebut. Dalam diagnosa Rufaidah, pendarahan hebat akan terjadi jika anak panah itu langsung dicabut paksa dari tubuh Sa’ad.
Selain merawat korban luka, Rufaidah akan selalu bersiaga di kemah medis daruratnya. Berkat keseriusannya itu, Rufaidah disebut telah berhasil menyelamatkan banyak nyawa pasukan Islam.

Baca: Al-Muqaddasi, Bapak Geografi Dunia Asal Palestina
Dikenang hingga kini
Sebelum terjun dalam perang Khandaq, Rufaidah sebenarnya juga telah melibatkan dirinya dalam perang Uhud. Saat itu, ia bertugas membawa peralatan medis dan tenda dengan untanya untuk merawat para korban perang. Sejak saat itu, ia selalu ikut di dalam setiap peperangan meskipun berada di garis terakhir sebagai tenaga medis.
Di akhir peperangan, Rufaidah juga mendapatkan bagian dari ghanimah (harta rampasan perang) serupa dengan pejuang lainnya. Nabi Muhammad Saw sangat mengakui kiprah Rufaidah setara dengan prajurit yang terlibat pertarungan secara pangsung dengan musuh.
Dalam sejarah Islam, Rufaidah diakui sebagai perawat yang baik hati, penuh empati, dan seorang organisator yang mahir. Dengan keterampilan yang dimilikinya, ia juga melatih perempuan lain untuk menjadi perawat dan bekerja di bidang kesehatan. Dia juga aktif sebagai pekerja sosial. Selain itu, ia mengasuh banyak anak yatim piatu, orang cacat, dan fakir miskin.
Rufaidah juga tercatat sebagai periwayat hadis Nabi Saw yang sebagaimana disampaikan Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, dan Imam Nasa’i.
Di era modern, Rufaidah juga banyak dijadikan sebagai jalan dan sekolah. Bahkan, Royal College of Surgeons di Irlandia dan Universitas Bahrain menggunakan nama Rufaidah sebagai penghargaan bagi murid perempuan yang dinilai telah menorehkan prestasi.