Ikhbar.com: Belajar maupun mengajarkan Al-Qur’an merupakan dua pekerjaan yang sama pahalanya. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Demikian disampaikan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Putri Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Ny. Hj. Tho’atillah Ja’far, saat menyampaikan tausiah dalam acara Khatmi Al-Qur’an dan Juz ‘Amma di Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, pada Jumat, 28 Juni 2024 lalu.
“Jika dibedah lebih lanjut, hadis ini mengandung sejumlah faidah atau motivasi. Pertama, kita dianjurkan untuk mempelajari sekaligus mentadaburi segala hal yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Dari mulai akidah, kewajiban dan larangan, kabar baik dan peringatan, serta kisah-kisah kaum dan tokoh-tokoh terdahulu,” kata Nyai Tho’ah, sapaan akrabnya.
Kedua, lanjutnya, mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an mampu menyempurnakan pahala ibadah sekaligus mengangkat derajat sesorang. Sebab, pekerjaan tersebut merupakan bagian dari jihad dalam rangka melestarikan ajaran agama dengan benar.
“Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Miftah Daris Sa’adah menjelaskan bahwa yang dimaksud mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an adalah mempelajari dan mengajarkan ketepatan pelafalan (makhraj), panjang-pendek bacaan, dan setiap sesuatu yang berhubungan hingga ke detail huruf-huruf di dalam Al-Qur’an. Kedua, mempelajari dan mengajarkan kandungan makna di dalam Al-Qur’an. Maksud kedua ini sebenarnya lebih utama dan harus lebih ditekankan baik saat belajar maupun mengajar,” katanya.
Baca: Rekam Jejak Penulisan dan Cara Baca Al-Qur’an, Penjelasan Kiai Ahmad Zaini Dahlan
Kemuliaan melahirkan kemuliaan
Menurut Nyai Tho’ah, keutamaan untuk mempelajari Al-Qur’an tidak hanya diberlakukan bagi kaum laki-laki. Bahkan, justru lebih dibutuhkan demi menjaga dan mengangkat kemuliaan perempuan.
“Pertama, karena Al-Qur’an merupakan kitab kemuliaan. Kedua, tidak cuma mulia, tetapi Al-Qur’an juga bisa menghadirkan kemuliaan bagi yang lainnya,” katanya.
Nyai Tho’ah mencontohkan, ketika Al-Qur’an dibawa turun oleh Malaikat Jibril As untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, maka Malaikat Jibril mendapatkan kemuliaan dengan sebutan “penghulu para malaikat.” Ketika Al-Qur’an diturunkan pada hari Jumat, maka hari itu menjadi hari yang mulia sehingga disebut dengan “sayyidul ayyam” (pemimpinnya para hari).
“Ketika Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadan, maka bulan itu menjadi bulan yang diagungkan. Nabi Muhammad Saw sebagai penerima Al-Qur’an juga merupakan manusia terpilih, terbaik, dan termulia. Dan ketika Makkah dan Madinah menjadi tempat diturunkannya Al-Qur’an, maka dua kota itu menjadi agung dan bercahaya,” katanya.
“Oleh karena itu, siapa pun dari kita, baik santri laki-laki maupun santri putri yang berhasil mengkhatamkan, mendalami makna, sekaligus mencintai Al-Qur’an, maka merupakan orang-orang yang telah mendapatkan anugerah kemuliaan,” sambung Nyai Tho’ah.
Baca: Membedah Puisi Nyai Tho’ah tentang Perempuan dan Kesetaraan
Menyempurnakan anugerah
Bukan cuma itu, khusus bagi santri putri, kata Nyai Tho’ah, rasa cinta terhadap Al-Qur’an akan semakin menyempurnakan berbagai anugerah yang sebelumnya telah diterima kaum perempuan. Sebab, Nabi Muhammad Saw sangat memuliakan kaum perempuan, bahkan menyetarakannya dengan wewangian.
Nabi Saw bersabda:
حُبِّبَ إِلَىَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ.
“Aku senang perempuan dan parfum, serta mataku selalu merasa teduh dengan shalat”. (HR. Imam Nasa’i dan Imam Ahmad).
“Belum lagi, pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an niscaya akan menjadikan perempuan sebagai sosok yang kian cerdas dan istimewa. Sebab, perempuan yang cerdas adalah mereka yang mampu menyeimbangkan akhlak dan keilmuannya. Artinya, jadilah perempuan pembelajar, bukan cuma diam berpasrah,” katanya.
Menurut Nyai Tho’ah, perempuan adalah kunci dalam melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlakul-karimah. Karena itulah, perempuan disebut sebagai tiang negara. Ketika perempuannya baik, maka negara akan berdiri kokoh dengan melahirkan generasi utama.
“Pancaran kemuliaan Al-Qur’an ini terus meluas, bahkan hingga ke para orang tua yang telah menitipkan anak perempuannya untuk belajar membaca Al-Qur’an dengan benar di pesantren. Bahkan, Nabi Saw berjanji akan memberikan tempat di sisi beliau, bagi bapak dan ibu yang telah secara ikhlas mendorong anaknya untuk mempelajari Al-Qur’an,” jelasnya.
Nabi Saw bersabda:
مَن عالَ جاريَتَيْن، دخلتُ أنا وهو الجنَّة كهاتين. (وأشار بأصبُعَيْهِ)
“Siapa saja yang mengasuh dua anak perempuan, niscaya aku dan dia akan masuk surga seperti dua ini”. Rasulullah menempelkan dua jarinya. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
“Jadi, berbanggalah telah mengkhatamkan Al-Qur’an. Tinggal bagaimana agar ke depan kita mampu merawat dan melanggengkan segala kemuliaan yang telah dipancarkan di dalamnya,” kata Nyai Tho’ah.