Ikhbar.com: Sekitar 70% korban tewas selama perang di Gaza, Palestina adalah perempuan dan anak-anak. Angka itu disebut tiga kali lipat dari jumlah orang yang terbunuh di wilayah tersebut selama 15 tahun terakhir.
Demikian disampaikan Direktur Ekskutif Entitas PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), Sima Sami Iskandar. Ia menyerukan segera dilakukan gencatan senjata demi memastikan perempuan dan anak perempuan menerima perlindungan yang tepat dan memiliki akses yang aman terhadap bantuan kemanusiaan.
“Setidaknya ada 24.620 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sekitar 16.000 di antaranya adalah perempuan dan anak-anak,” kata Bahous, dikutip dari Arab News, Sabtu, 20 Januari 2024.
Baca: Aib Konflik Israel-Palestina: Kegetiran Perempuan di Tengah Perang
Perempuan jadi korban utama perang
Menurut dia, sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa perempuan dan anak menjadi korban utama perang Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu.
“Kami mengecewakan mereka. Kegagalan demi kegagalan dalam melakukan penyelamatan khawatir akan menimbulkan trauma generasi di masa mendatang,” katanya.
Bahous mengatakan, saat ini perempuan dan anak, terutama anak perempuan di Gaza tidak mendapatkan keamanan, obat-obatan, layanan kesehatan, dan tempat berlindung. Mereka juga menghadapi kelaparan.
“Dan yang paling menyedihkan, mereka, para perempuan di Gaza, kehilangan harapan dan keadilan,” ucap Bahous.
Sebuah peringatan pernah dikeluarkan UN Women guna mempertegas bahwa dampak krisis di Gaza adalah perempuan dan anak.
“Ditemukan bahwa dari 1,9 juta orang yang mengungsi, hampir satu jutanya adalah perempuan dan anak perempuan. Mereka terpaksa mencari perlindungan di tempat penampungan yang masih sangat berbahaya,” kata dia.
Laporan itu juga menambahkan, proses pengungsian dan evakuasi juga memberikan efek negatif lainnya kepada perempuan dan anak, termasuk risiko gender, seperti pelecehan, kekerasan seksual, dan sejenisnya.
“UN Women juga memperkirakan, setidaknya ada 3.000 perempuan di Gaza yang telah menjadi janda dan menjadi orang tua tunggal. Tercatat pula, setidaknya ada 10.000 anak telah kehilangan ayah mereka,” katanya.
“Ada pula kekhawatiran munculnya dampak keputusasaan banyak keluarga dengan menjadikan pernikahan dini sebagai sebuah solusi,” sambungnya.
Saling lempar tuduhan
UN Women menegaskan keprihatinannya atas sejumlah laporan kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender lainnya yang menyerang korban perempuan di Gaza.
“Kami dengan tegas mengutuk semua tindakan kekerasan seksual dan berbasis gender di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun yang dilakukan,” pungkas Bahous.
Sebelumnya, Pemerintah Israel juga menyetorkan laporan ke PBB berisi tudingan terhadap kelompok Hamas yang telah melakukan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap warga negaranya di saat menyerbu mereka pada 7 Oktober 2023. Mereka menuduh bahwa hal itu juga menimpa ratusan sandera yang masih berada di tangan militan Hamas.
Menanggapi laporan tersebut, Perwakilan khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan kekerasan seksual, Pramila Patten meminta izin kepada Israel untuk menyelidiki semua tuduhan kekerasan seksual tersebut.
“Dalam hal ini, kami mendesak Israel untuk memberikan akses kepada entitas-entitas PBB yang mempunyai mandat investigasi, untuk memeriksa, termasuk tuduhan kekerasan seksual terhadap warga Palestina,” ujar dia.
Namun, menurutnya, hingga sejauh ini belum ada izin akses yang diberikan Israel kepada PBB dengan alasan ketidakamanan yang terjadi selama perang masih berlangsung.
“Atau semestinya, bisa secara proaktif berbagi informasi yang diverifikasi PBB mengenai insiden, pola, dan tren kekerasan seksual terkait konflik,” katanya.
Di sisi lain, Hamas membantah seluruh tuduhan itu dengan menyebutnya sebagai bagian dari kampanye Zionis yang mempromosikan kebohongan untuk menjelek-jelekkan perlawanan Palestina.
“Tidak ada satu pun dari anggota kami yang terlibat dalam tindak pemerkosaan dan kekerasan seksual saat melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober. Tuduhan itu hanyalah kebohongan yang tidak berdasar,” rilis peryataan resmi mereka.