Memahami Adagium ‘Ibu adalah Madrasah’

Ilustrasi. Foto: Unsplash/M.T. ElGassier

Ikhbar.com: Ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Adagium tersebut, yang telah melekat di kalangan umat Muslim, ternyata merupakan bagian dari puisi karya penyair Mesir abad ke-19, Hafiz Ibrahim.

Namun, dalam redaksi asalnya, tidak terdapat kata “pertama” pada kalimat tersebut. Apa yang sesungguhnya ditulis Hafiz Ibrahim di dalam Qashidat al-‘Ilmi wa al-Akhlaq adalah sebagai berikut:

الأُمُّ مَـدْرَسَــةٌ إِذَا أَعْـدَدْتَـهَـاأَعْـدَدْتَ شَعْبـاً طَيِّـبَ الأَعْـرَاقِ

“Ibu adalah sekolah, jika kau siapkan ia dengan baik, maka kau telah menyiapkan generasi harapan.”

الأُمُّ رَوْضٌ إِنْ تَـعَهَّـدَهُ الحَـيَــابِـالـرِّيِّ أَوْرَقَ أَيَّـمَـا إِيْــرَاقِ

“Ibu adalah taman, jika kau tata dan kau rawat, maka ia akan menjadi hamparan indah menghijau.”

الأُمُّ أُسْـتَـاذُ الأَسَـاتِـذَةِ الأُلَـىشَغَلَـتْ مَـآثِرُهُمْ مَـدَى الآفَـاقِ

“Ibu adalah guru para pendidik ulung, yang pengaruhnya menyebar ke segala peradaban.”

baca: Pengorbanan dan Kemuliaan Ibu menurut Al-Qur’an

Pria yang dijuluki Penyair Sungai Nil itu meyakini bahwa, sosok seorang ibu tidak hanya ditentukan oleh naluri semata, tetapi juga harus dipersiapkan sejak dini sebelum mengemban peran sebagai ibu bagi anak-anaknya.

Malah, menurut Psikolog dan Profesor Psikologi Medis di Departemen Psikiatri, Kebidanan dan Ginekologi di Columbia, Dr. Catherine Monk, gagasan tentang maternal instinct alias naluri keibuan tidak sepenuhnya ilmiah dan empiris.

Ia menjelaskan, dalam banyak kasus, seorang ibu kesulitan mengalami kemunculan perasaan cinta kepada bayinya secara instan, usai melahirkan. Sebagian di antaranya memerlukan waktu berbulan-bulan untuk membangun koneksi dengan anak. Situasi tersebut terkadang membuat seorang ibu merasa gagal.

“Mereka memerlukan dukungan dan bantuan untuk mengembangkan keterampilan mengasuh anak yang lebih realistis,” ujar Dr. Monk.

Oleh karena itu, pembekalan terhadap calon ibu amat penting dilakukan untuk memberikan gambaran situasi, dan peran yang harus dipikul.

Memerankan “madrasah” merupakan langkah besar bagi seorang ibu, karena peran ini membutuhkan kesabaran, pengayoman, kreativitas, serta ketegasan.

Kesuksesannya hanya dapat dicapai dengan support system alias dukungan sistem yang memfasilitasi akses terhadap kesehatan dan pendidikan.

Alhasil, peran seorang ibu dalam rumah tangga pada hakekatnya bergantung pada sistem yang melibatkan seluruh anggota keluarga, terutama sosok ayah.

Pada gilirannya, hal itu akan menjadi bekal untuk mengasuh dan merawat generasi berikutnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.