Anak Perempuan di Afghanistan hanya Boleh Sekolah sampai SD

Seorang gadis berjalan setelah menulis di papan tulis di sebuah kelas sekolah dasar di Kota Kunjak, Provinsi Helmand, Afghanistan. Dok REUTERS

Ikhbar.com: Bahara Rustam (13), siswi kelas enam sekolah dasar (SD) Bibi Razia, Kabul, Afghanistan itu tampak murung. Pasalnya, Senin, 11 Desember 2023 lalu adalah hari terakhirnya berada di kelas. Setelah itu, Rustam tidak akan bisa lagi melanjutkan pendidikannya ke jenjang menengah pertama karena terganjal aturan yang diberlakukan Pemerintah Taliban terhadap murid perempuan.

Pada September 2021, Taliban mengumumkan bahwa setiap anak perempuan dilarang untuk melanjutkan studi setelah lulus kelas enam SD. Larangan itu, apalagi bagi mereka yang hendak duduk di bangku kuliah, semakin keras diberlakukan sejak Desember tahun lalu.

“Anak perempuan Afghanistan dari segala usia hanya diperbolehkan belajar di sekolah agama/madrasah informal,” rilis Kementerian Pendidikan Afghanistan, dikutip dari Al Arabiya, pada Kamis, 28 September 2023.

Baca: Perempuan Afghanistan Pupuk Sisa Harapan di Pakistan

Tidak peduli

Sebagian rakyat Afghanistan pun mengeluh lantaran dalam madrasah yang disediakan Taliban tidak mengikuti standar kurikulum yang mengizinkan penyajian mata pelajaran modern di dalam kelas.

Taliban mengaku tidak peduli atas banyaknya kecaman dan peringatan yang dilancarkan banyak negara karena telah melakukan pembatasan tersebut. Mereka menegaskan akan tetap kekeh pada pendapatnya meskipun dengan ancaman akan akan diblokade dari pergaulan dunia.

Pekan lalu, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Roza Otunbayeva juga telah menyatakan keprihatinannya atas nasib generasi perempuan di Afghanistan yang terancam semakin tertinggal.

Masa depan suram

Rustam menceritakan, akibat kebijakan itu, teman-teman sekelasnya kompak menangis kencang di dalam kelas selepas jam pelajaran berakhir.

“Upacara kelulusan bagi siswa perempuan di Sekolah Bibi Razia pun dilarang. Kami menangis karena membayangkan betapa suramnya masa depan nanti,” keluhnya.

Baca: PBB Gugat Larangan Bersekolah bagi Perempuan Afghanistan

“Saya ingin menjadi seorang guru. Tapi sekarang saya tidak bisa belajar, saya tidak bisa melanjutkan pendidikan,” sambungnya.

Pengamat kebijakan Afghanistan yang telah berada di luar Kabul, Muhammad Saleem Paigir mengaku amat menyayangkan sikap otoriter pemerintah Taliban tersebut. Menurutnya, pembatasan akses pendidikan bagi anak perempuan akan menjadi bencana besar bagi Afghanistan.

“Problem masyarakat buta huruf pun tidak akan pernah bisa teratasi,” ujarnya.

Di sisi lain, Taliban juga telah melarang perempuan memasuki banyak ruang publik dan sebagian besar pekerjaan. Taliban menyarankan kaum perempuan hanya bekerja dengan urusan domestik rumah tangga.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.