Ikhbar.com: Segala amal bergantung pada niat. Jika niatnya baik, segenap aktivitas yang ditempuh bisa berbuah pahala, tetapi jika buruk, maka bisa-bisa justru menuai dosa.
Demikian diterangkan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, Kiai M. Faizi. Menurutnya, hal itu juga berlaku dalam mudik.
“Jika niat awalnya buruk, anggaplah bepergian untuk bermaksiat, maka kemudahan safar (bepergian) pun langsung gugur, artinya tidak dapat rukhsah (kemurahan) salat, juga tidak boleh berbuka puasa selama di perjalanan. Jadi, kalau mudik berniat untuk menyambung silaturahmi, maka itu baru mendapat pahala,” katanya, Sabtu, 15 April 2023.
Selain itu, penulis Safari: Buku Saku Perjalanan (2020) tersebut juga menjelaskan, pahala mudik bisa diraih dengan menerapkan anjuran-anjuran Rasulullah Muhammad Saw selama di perjalanan. Misalnya, menghargai hak pengguna jalan yang lain.
“Di era kekinian, saya simpulkan, kita harus taat rambu-rambu, mematuhi aturan, dan jangan sekali-kali mengambil hak orang lain,” katanya.
Ketaatan itu, lanjut Kiai Faizi, harus benar-benar bersumber dari kesadaran pribadi. Ketaatan tersebut bukan semata-mata agar terhindar atau takut terkena tilang polisi, atau tertangkap kamera pemantah lalu lintas ETLE.
“Takutlah jika kita melanggar aturan karena aturan itu sendiri, atau yang sejatinya telah diatur oleh Islam,” katanya.
Kiai Faizi menegaskan, kepatuhan terhadap aturan lalu lintas merupakan bagian dari iman. Hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis, Rasulullah Muhammad bersabda:
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 cabang lebih, atau 60 cabang lebih. Yang paling utama adalah ucapan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.” (HR. Bukhari).
“Kita tinggal balik saja pemahamannya untuk scoring peringkat ketidakberimanan-nya,” pungkas Kiai Faizi.