Ikhbar.com: Sesuai agama saya, Muslim, saya memulai pengobatan ini dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Begitu, ujar Ida Dayak dalam sebuah tayangan videonya yang viral.
Pengobatan tradisional yang dilakukan Ida Dayak telah menarik perhatian banyak orang. Selidik demi selidik, aksi perempuan kelahiran Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur bernama asli Ida Andriani ini telah populer sejak 2021 lalu.
Dalam menjajakan jasa pengobatannya, Ida Dayak berkeliling dari satu pasar ke pasar lainnya sembari menawarkan Minyak Bintang yang dibanderol Rp50 ribu/botol. Tapi terkait jasanya itu, Ida Dayak tak jarang memberikannya secara cuma-cuma.
“Tidak usah bayar, gratis ya,” kata Ida Dayak, dalam video yang diunggah akun TikTok @Alvian2501, dikutip pada Jumat, 14 April 2023.
Kehadiran Ida Dayak pun menuai pro-kontra. Satu sisi, jasa pengobatan, terutama terkait persoalan tulang, yang ditawarkan Ida Dayak adalah angin segar bagi masyarakat bawah. Namun, di sisi lain, para praktisi medis ortopedi justru mengkhawatirkan seri pengobatan itu jauh di bawah standar keamanan.
Tulang menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Kandungan-kandungan dalam Al-Qur’an senantiasa melampaui zamannya.
Kemukjizatan Al-Qur’an kerap muncul ketika mengomparasikannya dengan temuan-temuan sains. Ambil misal, tentang tulang pada susunan anatomi tubuh manusia. Mulanya, para ilmuwan memastikan bahwa pembentukan tulang dan otot terjadi secara bersamaan, hal itu berbeda dengan keterangan Al-Qur’an, terutama QS. Al-Mu’minun: 14. Allah Swt berfirman:
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ
“Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.”
Pada ayat tersebut, proses penciptaan otot dan tulang merupakan hal yang terpisah, dan berjeda waktu. Al-Qur’an telah begitu jelas memaparkan urutan proses pembentukan kerangka manusia.
Barulah pada 1980-an, seorang profesor anatomi di Fakultas Bedah, Universitas Toronto, Ontario, Kanada, Keith Leon Moore menyatakan kebenaran Al-Qur’an terkait tahapan proses pembentukan tersebut.
“Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang,” tulis Moore, dalam Developing Human (1998).
Namun, di sisi lain, para ilmuwan Muslim yang meneliti dengan berbasis ayat Al-Qur’an juga menemukan hitungan lebih cepat dan pasti terkait susunan tulang pada manusia. Dalam Al-Tibyan fi Aqsami Al-Qur’an, misalnya, Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan bahwa para ahli anatomi tubuh Muslim menjabarkan jumlah tulang manusia terdiri dari 248 buah.
“Jumlah tersebut tidak termasuk tulang-tulang kecil yang bisa disebut dengan sendi-sendi jari dan sendi-sendi yang ada pada tenggorokan,” tulisnya.
Al-Jauziyyah merinci, kepala beserta bagian-bagiannya mempunyai 59 tulang, dagu terdiri dari 14 tulang, dagu bagian bawah dua tulang, sedangkan gigi terdiri dari 32 buah tulang.
Dari sekian banyak penggambaran anatomi tubuh manusia, terutama ihwal tulang belulang, para ilmuwan menaruh ketakjubannya pada penjelasan Al-Qur’an terkait keberadaan tulang sulbi. Allah Swt berfirman:
يَّخْرُجُ مِنْۢ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَاۤىِٕبِۗ
“… yang keluar dari antara tulang sulbi (punggung) dan tulang dada.” (QS. At-Thariq: 7)
Ibnu Manzur, dalam Lisan al-Arab mendefinisikan kata shulbi sebagai sesuatu yang kasar, ghalidz (kuat), dan syadid (keras). Sedangkan secara istilah, sulbi diartikan sebagai tulang punggung dari sisi teratas sampai akhir paling bawah.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt telah menciptakan manusia dari “air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.” Di zaman sekarang, dalam tahap embrio, sains memberitahu bahwa organ kemaluan manusia, testikel pada pria dan ovarium pada perempuan mulai berkembang di sekitar ginjal, antara sumsum tulang belakang, tulang rusuk ke-11 dan ke-12.
Seiring perkembangannya, mereka turun. Ovarium (sel telur perempuan) berhenti di panggul, sementara testis pada pria turun menuju skrotum (kantung buah pelir). Setelah penurunan itu, pada kehidupan seorang dewasa, mereka masih mendapat suplai syaraf dan tempat yang sama, yaitu di antara tulang belakang dan rusuk.
Dengan kata lain, tulang sulbi merupakan tempat keluarnya pembuluh yang memberikan darah kepada testis dan ovarium.
Dalam Al-I’jaz ‘Ilmi fi as-Sunnah an-Nabawiyyah, Dr. Zaghul an-Najjar mengemukakan bahwa dalam sejumlah hadis, ‘ajb adz-dzanab (tulang ekor) disebut sebagai pangkal atau benih dasar yang menjadi titik tolak penciptaan manusia sewaktu dalam proses pembentukan janin. Selain itu, ia juga akan tetap utuh meski seluruh tubuh telah hancur lebur dimakan tanah, untuk kemudian menjadi “benih” dan dihidupkan kembali pada hari kebangkitan.
Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
كل ابن ادم يأ كله الرتاب إال عجب الذنب منه خلق و فيه يركب
“Seluruh (bagian tubuh) anak Adam akan dimakan tanah kecuali tulang
ekor. Darinyalah ia diciptakan dan dengannyalah ia dirakit kembali.” (HR. Muslim)
Hadis tersebut mengandung fakta-fakta ilmiah yang belum bisa dimengerti dan dipahami oleh ilmu pengetahuan kecuali baru pada beberapa tahun terakhir. Yaitu, ketika para spesialis embriologi, sebagaimana dikutip Dr. Muhammad Ali al-Barr dalam sebuah kajian panjang, mampu membuktikan bahwa semua bagian tubuh manusia tumbuh dari pita yang sangat kecil yang disebut dengan “pita pertama atau pita dasar”.
Pita tersebut tercipta dengan kekuasaan Allah Swt pada hari kelima belas setelah pembuahan ovum dan penanamannya di dalam dinding rahim. Tidak lama setelah itu, janin pun terbentuk ketiga tingkatannya pada tiap-tiap tingkatan organ-organ tubuh tercipta, diawali dengan sistem saraf dan permulaan-permulaan terbentuknya tulang belakang.
Pita yang berbentuk sangat kecil itu diberi kemampuan oleh Allah Swt untuk menjadi katalisator bagi organ-organ tubuh dalam membelah, menspesialisasi, membedakan diri, dan mengumpul dalam jaringan khusus. Dan semua organ tubuh saling melengkapi dan membantu dalam menjalankan seluruh fungsi tubuh.
Pengobatan tulang Ibnu Sina
Pada abad ke-10, seorang ilmuwan di bidang kedokteran Islam bernama Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā atau yang lebih dikenal dengan sapaan Ibnu Sina, telah menguasai pengobatan tulang patah. Dalam Bone Fractures in Ibn Sina’s Medicine (2005), seorang dokter spesialis bedah tulang kelahiran Suriah, Abdul Nasser Kaadan mengungkapkan, penjelasan Ibnu Sina tentang pengobatan tulang ternyata hampir sama dengan keterangan buku-buku kedokteran modern.
Menurut Kaadan, Ibnu Sina membahas pengobatan tulang secara runut. Ibnu Sina menulis tentang pengobatan patah tulang dalam dua risalah yang termuat dalam buku keempat Al-Qanun. “Risalah pertama berjudul ‘Patah tulang secara keseluruhan’ dan yang kedua bertajuk ‘Patah tulang pada setiap bagian secara terpisah,” katanya.
Pada risalah pertama itu, lanjut Kaadan, Ibnu Sina mengupas penyebab patah tulang, jenis-jenisnya, bentuk-bentuk patah tulang, hingga metode perawatan, hingga soal komplikasi.
Menurut Ibnu Sina, gejala atau tanda-tanda patah biasanya berupa rasa sakit, bengkak, dan kelainan bentuk otot. Apabila tubuh mengalami tanda-tanda itu, Ibnu Sina menganjurkan agar segera dilakukan diagnosis. Selain itu, Ibnu Sina juga memaparkan bahwa pengobatan patah tulang pada anak-anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Dokter legendaris itu juga sudah mampu menetapkan waktu penyembuhan beragam jenis patah tulang.
“Patah tulang hidung membutuhkan waktu selama 10 hari, patah tulang rusuk memakan waktu selama 20 hari, pengobatan patah lengan bawah memerlukan waktu lebih lama, yakni 30 hingga 40 hari. Bahkan, penyembuhan patah tulang paha memakan waktu 50 hingga 120 hari,” ungkap Kaadan, mengutip penjelasan Ibnu Sina.
Di akhir bab pertama soal patah tulang, Ibnu Sina memaparkan tentang faktor-faktor yang menghambat penyembuhan patah tulang, antara lain gagalnya membelat tulang yang patah, anemia, adanya penyakit dalam tubuh, terlalu banyak bergerak.
Hingga kini, faktor-faktor penghambat pemulihan patah tulang yang dicetuskan Ibnu Sina itu masih tetap digunakan. Ibnu Sina juga menjelaskan dasar-dasar membalut tulang yang patah. “Dia mewanti-wanti para dokter agar tak terlalu kencang dalam membalut patah tulang pada iga,” ujar Dokter Kaadan.
Dalam mengobati patah tulang terbuka, Ibnu Sina menekankan pentingnya menangani luka terlebih dahulu dibandingkan titik patahnya.
“Jika patah telah bercampur dengan terbentuknya kumpulan darah di luar pembuluh, Ibnu Sina menganjurkan agar orang yang mengobatinya membuat irisan pada bagian yang bengkak agar darahnya keluar,” tutur Kaadan.
Dalam risalah yang ditulisnya, Ibnu Sina juga membuat sejumlah rekomendasi bagi para dokter yang bertugas mengobati tulang patah. Sebelum menangani patah tulang, dia menganjurkan agar dokter memeriksa terlebih dahulu jenis patah tulang yang dialami seorang pasien. Hal itu, kata Ibnu Sina, harus dilakukan secara cepat.
“Jika terlambat bisa menimbulkan komplikasi dan pengobatan menjadi lebih sulit,” papar Kaadan.
Namun, untuk kasus-kasus tertentu, Ibnu Sina juga menganjurkan agar pengobatan patah tulang ditunda selama lima hari atau lebih, menunggu hilangnya pembengkakan.
Cara-cara yang telah diungkapkan Ibnu Sina itu dalam dunia kedokteran modern disebut Theory of Delayed Splintage. Seorang professor bermama George Perkins, sebut Kaadan, dianggap sebagai pencetus teori itu.
“Padahal, Ibnu Sina telah mengungkapkannya pada abad ke-10 Masehi,” tegas Kaadan.