Ikhbar.com: Islam mengatur secara detail ketentuan dalam ber-safar (bepergian). Anjuran itu mencakup pada keseluruhan lini, dari persiapan berupa doa-doa, hingga norma-norma yang penting diterapkan selama di perjalanan.
Demikian diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, Kiai M. Faizi. Menurut penulis Safari: Buku Saku Perjalanan (2020) itu, anjuran-anjuran tersebut kian jelas karena dipraktikkan langsung dalam kehidupan keseharian Rasulullah Muhammad Saw.
“Soal doa perjalanan, bukan sekadar doa ketika mau berangkat atau ketika tiba, tapi bahkan sampai doa saat menghadapi jalan menanjak, jalan menurun, melewati lembah, bertemu pengganggu, atau saat cemas, semua ada doanya,” ujar Kiai Faizi, kepada Ikhbar.com, Sabtu, 15 April 2023.
Doa-doa itu, lanjut Kiai Faizi, bisa ditemukan dalam Al-Adzkar an-Nawawiyah karya Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawi atau lebih masyhur dengan nama Imam Nawawi. “Atau lebih lengkap lagi dalam kitab ‘Uddat al Musafir wa ‘Umdat al-Hajj waz Za’ir, karangan Al Imamul Faqih Afifuddin Abdullah bin Ahmad Basaudan al Kindi al Hadrami as Syafii,” ungkapnya.
Kiai Faizi menjelaskan, Rasulullah Muhammad Saw senantiasa mengawali perjalanannya dengan salat dua rakaat. Di dalam dua rakaat itu, Nabi biasa memadukan QS. Al-Ikhlas dengan QS. Quraisy atau QS. Al-Ikhlas dengan Muawwidzatain (QS. Al-Falaq dan An-Nas).
Setelah salat, lanjutnya, Rasulullah senantiasa membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255) dan QS. Quraisy dengan tujuan agar terhindar dari keburukan selama di perjalanan.
“Saya kira, saat ini, termasuk keburukan itu adalah jalan macet, mogok, dan gangguan lain di perjalanan,” kata sosok yang juga anggota Bismania Community tersebut.
Rasulullah Saw pun selalu memilih hari untuk memulai perjalanan. Kiai Faizi mengungkapkan, Nabi Muhammad senantiasa melakukan perjalanan pada hari Senin atau Sabtu. Senin dipilih berdasarkan hari peristiwa hijrah, sementara Sabtu, berdasarkan peristiwa ketika Nabi berhaji.
“Kenapa bukan Jumat? Karena di hari itu ada salat Jumat. Jadi, bagi yang mau mudik, kalau berangkat pada Jumat pagi, maka sudah harus salat Jumat,” katanya.
“Jadi, bagi yang mau mudik, kalau berangkat pada Jumat pagi, maka sudah harus (kena kewajiban) salat Jumat. Kalau berangkat sebelum subuh, berarti, dia (dihukumi/disamakan) berangkat di waktu isya hari Kamis dan pada hari Jumatnya boleh (menjamak) salat Zuhur-Ashar. Puasa pun begitu, kalau sudah berangkat Jumat pagi setelah subuh, dia tidak boleh berbuka di perjalanan,” sambung Kiai Faizi.
Sementara untuk doa hendak bepergian, Kiai Faizi menawarkan sejumlah redaksi. Yakni:
Pertama, bertakbir sebanyak tiga kali:
اللهُ أَكْبَرُ
Allahu Akbar
“Allah Maha Besar.”
Kemudian membaca doa berkendara:
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Subhaanalladzi sakhkhara lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa innaa ila rabbinaa lamunqalibuun
“Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”
Lalu doa menempuh perjalanan:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ.
Allahumma inna nas’aluka fi safaruna hadza al birra wa attaqwa, wa minal amali ma tardla. Allahumma hawwin alaina safarana hadza wa athwi anna bu’dahu. Allahumma anta as shahibu fis safari wal khalifatu fil ahli. Allahumma inni audzubika min wa’tsa’i as safari wa kaabati al mandzari wasu’a al munqalibi fil mali wal ahli.
“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.”
“Saya juga menemukan doa saat naik pesawat udara dalam kitab Khulashatul Madad An-Nabawi, susunan Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz,” kata Kiai Faizi.
Doa yang dimaksud adalah:
بِسْمِ اللهِ وَالْمُلْكُ لِلَّهِ اَللّٰهُمَّ يَامَنْ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ طَائِعَةٌ وَالْأَرْضُوْنَ السَّبْعُ خَاضِعَةٌ وَالْجِبَالُ الشَّامِخَاتُ خَاشِعَةٌ وَالْبِحَارُ الزَّاخِرَاتُ خَائِفَةٌ
ٳِحْفَظْناَ اَنْتَ خَيْرٌ حِفْظًا وَ اَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ، فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُوْنَ
اَلْحَمْدُلِلّٰهِ (×٣) وَاللهُ اَكْبَرُ (×٣) سُبْحَانَكَ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ٳِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اَنْتَ
Bismillahi wal mulku lillahi. Allahumma ya man lahu as samawatu as sab’u tha’ifatun wal ardluna as sab’u khadi’atun wal jibalu asyamikhatu khasyiatun wal biharu az zakhiratu khaifatun.
Ikhfadlna anta khairun hifdlan wa anta arhamur rahimin, faqadarna fani’mal qadirun.
Alhamdulillah (3x) Wallahu akbar (3x) subhanaka inni dzalamtu nafsiy faghfirli innahu la yaghfiru adzunuba illa anta.
“Dengan menyebut nama Allah, segala kekuasaan adalah milik-Nya. Wahai Allah, Tuhan yang memiliki tujuh langit yang taat, tujuh bumi yang merendah, pegunungan tinggi yang tenang, lautan meluap yang takut, jagalah kami karena Engkau adalah yang paling kasih dari mereka yang kasih (Lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. Segala puji bagi Allah (3x) Allah Maha Besar (3x) Maha Suci Allah, sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”