Ikhbar.com: Pernikahan ialah hubungan dua insan yang terikat sebuah perjanjian agung. Di dalam Al-Qur’an, istilah itu disebut ‘mitsaqan ghaliza.’
وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا
“Bagaimana kamu akan mengambilnya (kembali), padahal kamu telah menggauli satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka pun (istri-istrimu) telah membuat perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) denganmu?” (QS. An-Nisa: 21).
Pernikahan bukanlah sekadar ruang halal untuk memadu kasih, melainkan sebuah komitmen yang mengharuskan kedua belah pihak saling menjaga, memahami, dan bahu-membahu untuk tetap bisa melangkah di jalan yang Allah Swt ridai.
Tim Ahli Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Kiai Ghufroni Masyhuda memberikan tips bagi para pasangan, terutama pengantin baru agar senantiasa dipayungi suasana rumah tangga yang tenteram.
Saat memaparkan pesan tersebut, Kiai Ghufron menyitir Syekh Jamaluddin bin Muhammad Said bin Qasim Al-Hallaq Al-Qasimi dalam Maudhatul Mukminin:
ضَحُوْكًا إِذَا وَلَجَ سِكِّيْتًا إِذَا خَرَجَ آكِلًا مَا وَجَدَ غَيْرَ سَائِلٍ مَا فَقَدَ
“Pertama, seorang suami harus senantiasa menghibur istri saat berada di rumah (ضحوكا إذا ولج). Suami hendaknya membangun komunikasi yang menyenangkan, seperti bersenda gurau dan tidak melampiaskan stres akibat pekerjaan kepada istri,” terang Kiai Ghufron, Rabu, 8 Maret 2023.
Baca: ‘Halalkan Diriku’ Adalah Ungkapan Keliru
Kedua, lanjut Kiai Ghufron, seorang suami hendaknya lebih memilih diam.
“Artinya, tidak banyak membicarakan masalah keluarga saat di luar (سكيتا إذا خرج). Kebiasaan atau sifat pasangan yang tidak patut dibicarakan di ruang publik atau masalah yang dialami pasangan hendaklah dianggap sebagai ‘aurat’ yang pantang diumbar,” katanya.
“Ketiga, suami juga hendaknya menyantap makanan yang disajikan istri di meja makan (آكلا ما وجد). Keempat, tidak meminta apa yang tidak ada (غير سائل عما فقد),” ujarnya.
Tidak hanya untuk sang suami, Kiai Ghufron menyebut saran kelima ditujukan bagi pihak istri. Kali ini, Kiai Ghufron mengingatkan tentang pesan Umamah binti Harits kala melepas putri tercintanya ke jenjang pernikahan.
كوني له ارضا (اي هينة لينة مطيعة)
يكن لك سماء (يمطر عليك بإحسانه وانعامه)
“Jadilah bumi bagi dirinya (yang santai, lembut, dan patuh), maka ia akan menjadi langit bagimu (yang siap menghujanimu dengan berbagai kebaikan dan kenikmatan),” ucap Kiai Ghufron.