Ikhbar.com: Dewan Penasihat (Senior Advisor) Jaringan Gusdurian, Ning Inaya Wahid menyebut bahwa hubungan baik dengan Tuhan perlu dibangun melalui tindakan kemanusiaan di kehidupan sehari-hari.
Hal itu ia sampaikan saat menyampaikan orasi budaya dalam pembukaan Festival Beda Setara (Best Fest) di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Ahad, 10 November 2024 malam.
“Ketika kita bicara agama, kita selalu bicara soal bagaimana kita ingin membuat hubungan yang baik dengan Tuhan. Tapi cara tercepat dan terbaik untuk mencapai ketuhanan adalah lewat kemanusiaan,” ujar dia.
Baca: Pembukaan Best Fest Gusdurian Dibanjiri Tokoh Lintas Iman dan Rektor Kampus se-Yogyakarta
Dalam kesempatan itu, Ning Inaya menyoroti realitas saat ini yang kerap kali agama digunakan untuk kepentingan pribadi, seperti mencari pengakuan atau mengukuhkan diri sebagai yang paling benar, alih-alih menjadi sarana mempererat hubungan manusia dengan Tuhan.
Mengutip praktik toleransi dan kemanusiaan yang telah dicontohkan sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, ia menyebut bahwa berbicara tentang isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB), toleransi, atau ketuhanan tidak ada gunanya jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, toleransi dan solidaritas seseorang dinilai dari bagaimana mereka berinteraksi dengan orang-orang di sekitar.
“Solidaritas kita, toleransi kita diukur pada apa yang kita lakukan kepada orang di sekitar kita – yang duduk di depan kita, di belakang kita, di samping kita, yang ada di rumah di samping kita, yang kita temui di pasar, di jalan, dalam kehidupan kita sehari-hari,” ujar putri bungsu Gus Dur itu.
Mengambil contoh dari teladan Gus Dur, Inaya menambahkan bahwa Gus Dur telah membuktikan berkali-kali pentingnya berdiri untuk kepentingan masyarakat dan menciptakan keadilan sosial. Ia mengajak publik untuk tidak hanya berbicara, tetapi berbuat nyata bagi masyarakat, sebagaimana yang ditunjukkan Gus Dur.
Dalam orasi tersebut, Inaya juga menyinggung tantangan besar yang sedang dihadapi dunia saat ini, yaitu krisis iklim yang kian memburuk. Menurutnya, krisis ini sudah melampaui tahap “pemanasan global” atau global warming dan telah masuk ke fase “global boiling” yang berarti ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia.
Ia mengingatkan bahwa perubahan iklim adalah krisis yang tidak memilih-milih korban, dan oleh karena itu, sudah waktunya untuk bersama-sama mengambil tindakan nyata.
“Kita semua tahu kita sedang dalam krisis. krisis iklim. kita bahkan banyak para ahli yang sudah mengatakan kita sudah tidak lagi dalam global warming. Kita ini dalam global boiling. Kita ini sudah setengah matang dan bukan dalam arti secara mental tapi secara fisik hampir matang. Krisis itu ndak milih-milih,” papar sosok yang juga tim Pokja Keadilan Ekologi Jaringan Gusdurian itu.
Menutup orasinya, Inayah mendorong semua pihak untuk saling bekerja sama menciptakan keadilan sosial bagi masyarakat.
“Sudah saatnya kita meneruskan teladan Gus Dur. Sudah waktunya kita bekerja untuk masyarakat dan berdiri demi kepentingan mereka. Itu yang paling penting,” pungkasnya.