Ikhbar.com: Tiga pria Muslim asal Spanyol menjalani perjalanan spiritual langka menuju Makkah dengan menunggang kuda, menelusuri kembali jejak para peziarah Andalusia abad pertengahan.
Perjalanan ini dimulai Oktober tahun lalu dari kota kecil di Huelva, Spanyol selatan, dan berlangsung selama tujuh bulan melintasi benua Eropa hingga Timur Tengah.
Pensiunan guru yang masuk Islam sejak 1989, Abdallah Rafael Hernandez Mancha, menepati dua janji masa mudanya: memeluk Islam jika lulus ujian guru, dan menunaikan haji dengan kuda seperti leluhur Muslim Andalusia.
Baca: Warga Eropa Ramai-ramai Masuk Islam
Bersama dua rekannya, Abdelkader Harkassi dan Tarek Rodriguez, mereka menunggang kuda Arab hasil pelatihan khusus, dan membawa lima ekor kuda untuk bergantian.
Mereka berangkat tanpa sponsor, hanya mengandalkan semangat dan bantuan dari masyarakat yang mereka temui.
Saat kehabisan dana di Spanyol utara, komunitas Muslim lokal menggalang donasi lebih dari Rp21 juta untuk mereka.
Di Italia, keberuntungan datang saat seorang influencer Saudi, Abdelrahman Al-Mutiri, memberi mereka karavan sebagai tempat istirahat.
Perjalanan menantang mereka termasuk menyeberangi Pegunungan Alpen di tengah salju, lalu melintasi Slovenia dan Kroasia.
Karena pembatasan, kuda mereka ditinggal saat memasuki Bosnia dan Serbia, tapi bantuan datang dari klub berkuda Sarajevo.
Di kawasan Muslim seperti Novi Pazar, mereka bahkan disambut bak pahlawan. Mereka diberi tempat tinggal dan sumbangan hingga Rp36 juta.
Mereka hanya melewati Bulgaria dengan mobil karena aturan ketat, lalu kembali berkuda di Turki, termasuk saat Ramadan.
“Sejak di Turki, kami tidak pernah lagi memasak. Selama empat bulan kami selalu diundang berbuka oleh penduduk,” ujar Hernandez, dikutip dari Middle East Eye, pada Senin, 23 Juni 2025.
Baca: Seni Arsitektur Islam di Tembok Eropa
Dukungan resmi turut mengalir. Mereka disambut wali kota Sarajevo dan mendapat surat izin berkuda penuh dari otoritas Turki. Mereka juga bertemu Menteri Urusan Keagamaan Turki, Ali Erbas.
Bahkan di Suriah, mereka dikawal tentara oposisi baru usai jatuhnya rezim Bashar al-Assad.
Perjalanan ini bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga simbol keberanian, persaudaraan lintas negara, dan warisan Islam Andalusia yang masih hidup dalam jiwa para peziarah modern.