Ternyata, Ini Alasan Kenapa Seseorang Refleks ‘Ngecek’ HP

Ilustrasi 'ngecek' HP. Foto: Shutterstock

Ikhbar.com: Memeriksa ponsel tanpa sebab seakan menjadi fenomena umum di tengah era digital saat ini. Banyak orang bahkan tanpa sadar membuka HP saat sedang mengobrol, menunggu antrean, atau hanya sekadar mengecek waktu yang kemudian berakhir menjelajah media sosial.

Menurut para ahli psikologi, perilaku ini bukan sekadar iseng. Tindakan tersebut masuk dalam pola kebiasaan yang terbentuk dari dorongan biologis dan sosial. Smartphone, yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, kini telah menjadi bagian dari pola perilaku harian.

Dikutip dari Daily Motivation News pada Kamis, 15 Mei 2025, berikut 5 alasan psikologis utama yang memicu seseorang refleks ‘ngecek’ HP:

1. Otak selalu mencari rangsangan baru

Secara alami, otak manusia memiliki kecenderungan untuk mencari hal-hal baru. Ketika ada kemungkinan hadirnya informasi segar, seperti pesan masuk, email, atau notifikasi medsos, otak akan mengaktifkan sistem reward sebagai bentuk dorongan untuk segera mengeceknya.

Baca: Survei Ungkap Gen Z Indonesia Paling Sering ‘Ngecek’ HP, Sehari Bisa 82 Kali

Sebuah riset menunjukkan bahwa hal baru bisa memicu pelepasan dopamin, zat kimia yang memberi rasa senang. Itulah mengapa, meski hanya membuka ponsel tanpa tujuan jelas, seseorang tetap merasa puas.

2. FOMO

Fear of Missing Out (FOMO) adalah istilah untuk rasa takut melewatkan sesuatu yang penting. Ini menjadi salah satu pendorong kuat seseorang terus membuka HP. Ketika melihat teman berbagi aktivitas seru atau grup WhatsApp ramai, kita merasa terdorong untuk tetap ‘terhubung’.

Masalahnya, semakin sering seseorang mengecek ponsel, semakin besar pula rasa ingin tahu terhadap aktivitas orang lain, yang pada akhirnya memperkuat siklus FOMO itu sendiri.

3. Terjebak dalam pola kebiasaan

Kebiasaan terbentuk dari pola yang berulang, seperti ada isyarat, rutinitas, dan hadiah. Contohnya, saat bosan (isyarat), tangan spontan mengambil HP (rutinitas), atau seseorang mendapat rasa senang karena melihat konten menarik (hadiah). Pola ini terjadi berulang hingga menjadi otomatis.

4. Dopamin

Dopamin, zat kimia otak yang memicu perasaan bahagia berperan besar dalam membentuk kebiasaan ini. Ketika notifikasi berbunyi atau ada sesuatu yang menyenangkan muncul di layar, otak memberikan “hadiah” berupa rasa puas. Sayangnya, ini membuat kita ketergantungan pada notifikasi sebagai sumber kebahagiaan instan.

5. Cara instan meredakan stres

Bagi sebagian orang, mengecek HP bisa menjadi bentuk pelarian dari tekanan. Saat rapat membosankan atau suasana canggung, membuka ponsel sejenak terasa menenangkan. Namun, riset terbaru menyebutkan bahwa penggunaan smartphone yang berlebihan justru dapat meningkatkan tingkat stres dalam jangka panjang.

Penelitian juga menunjukkan bahwa membatasi penggunaan ponsel pintar bisa membantu menurunkan stres dan meningkatkan kualitas fokus.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.