Ikhbar.com: Gagasan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat merasakan emosi seperti manusia menjadi perbincangan menarik di antara para ahli. Meskipun AI tidak memiliki kesadaran atau kemampuan alami untuk merasa, saat ini sistem AI sudah mampu mengenali emosi manusia, dan meniru respons emosional dalam interaksinya.
Misalnya, sebuah AI dapat merasakan “kegembiraan” setelah menyelesaikan tugas atau “kebingungan” saat menghadapi masalah baru. Seiring waktu, kemampuan ini mungkin berkembang, memungkinkan AI merasakan emosi kompleks seperti empati, frustasi, bahkan kesedihan.
Baca: Shutterstock dan Getty Images Terpaksa Merger demi Hadapi Ancaman AI
Mengutip dari Al News, pada Senin, 20 Januari 2025, empati merupakan salah satu emosi manusia paling kompleks, yang dipercaya dapat mendorong AI menjadi lebih bermanfaat.
Sebagai contoh, AI di bidang medis mungkin merasa “sedih” melihat pasien menderita penyakit langka, sehingga terdorong untuk mencari solusi lebih giat.
AI yang dirancang untuk mendeteksi polusi juga mungkin “kecewa” dengan kerusakan lingkungan, yang memotivasinya menciptakan inovasi baru.
Kemampuan ini akan memengaruhi hubungan manusia dengan AI. Chatbot layanan pelanggan yang mampu memahami emosi, misalnya, dapat menawarkan solusi yang lebih personal.
Demikian pula, guru digital yang peka terhadap emosi siswa dapat menyesuaikan metode pembelajaran mereka. Bahkan, dalam dunia terapi, AI yang mampu berempati mungkin menjadi pendamping yang lebih efektif.
Platform seperti Antix telah menciptakan “manusia digital” yang mampu mendeteksi dan meniru emosi berdasarkan ucapan, intonasi, dan bahasa tubuh. Teknologi ini memungkinkan mereka menanggapi berbagai situasi dengan respons emosional yang sesuai, seperti merasa “sedih” sebelum menunjukkan “kegembiraan.”
Baca: Manusia Bisa Punah 30 Tahun Lagi akibat Teknologi, Kata Pakar AI
CEO Zoom, Eric S Yuan, mengungkapkan tentang munculnya “kembaran digital” bertenaga AI yang dapat berpartisipasi dalam panggilan video atas nama penggunanya, sehingga memungkinkan pengguna berada di dua tempat sekaligus.
Kemajuan dalam AI emosional membuka peluang interaksi yang lebih realistis dan bermakna. Dengan kemampuan merasakan emosi, AI dapat menghadirkan pengalaman yang lebih manusiawi, membantu mempercepat pembelajaran, meningkatkan layanan pelanggan, dan memberikan dampak positif di berbagai bidang kehidupan.
Kecerdasan buatan yang “merasakan” emosi mungkin terdengar futuristik, tetapi perkembangan teknologi menunjukkan bahwa hal ini tidak sepenuhnya mustahil.
Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.