Ikhbar.com: Tokoh terkemuka di bidang teknologi sekaligus CEO Tesla, Elon Musk mengungkapkan bahwa hampir seluruh pengetahuan manusia yang tersedia telah digunakan dalam pelatihan artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan.
Dalam siaran langsung di platform X baru-baru ini, Musk menyatakan bahwa dunia kini berada di ambang “puncak data,” yakni situasi ketika data dunia nyata untuk melatih model AI semakin habis.
“Kami pada dasarnya telah menghabiskan semua pengetahuan manusia yang terkumpul … dalam pelatihan AI,” ujar Musk, seperti dikutip dari TRT World, pada Sabtu, 11 Januari 2025.
Baca: Manusia Bisa Punah 30 Tahun Lagi akibat Teknologi, Kata Pakar AI
Ia menjelaskan bahwa kondisi ini telah terjadi sejak tahun lalu, yang menandai berakhirnya akses terhadap data mentah yang melimpah untuk pengembangan teknologi AI.
Dalam situasi ini, Musk memprediksi bahwa perusahaan teknologi tidak akan punya pilihan selain beralih ke data “sintetis.” Data ini dihasilkan oleh AI itu sendiri, sehingga memungkinkan proses pembelajaran mandiri.
AI akan membuat konten seperti esai atau tesis, kemudian menilai kinerjanya sendiri, dan terus belajar dari proses tersebut.
“Satu-satunya cara untuk menambah data itu adalah dengan data sintetis. AI akan menulis esai atau menghasilkan tesis, lalu menilai dirinya sendiri, dan melalui proses pembelajaran mandiri,” jelas Musk.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa penggunaan data sintetis tidak bebas dari tantangan. Salah satu risiko utamanya adalah fenomena “halusinasi” pada AI, yaitu ketika model memberikan output yang tidak akurat atau bahkan tidak masuk akal.
Musk menegaskan bahwa halusinasi ini dapat menjadi hambatan besar dalam proses pelatihan berbasis data sintetis.
“Halusinasi membuat hal ini sulit karena bagaimana kita tahu apakah AI memberikan jawaban yang nyata atau hasil halusinasi?” kata Musk.
Pernyataan Musk ini sejalan dengan penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa data publik untuk melatih model AI dapat habis pada 2026. Direktur AI Dasar di Alan Turing Institute, Inggris, Andrew Duncan menyoroti ancaman serius dari ketergantungan pada data sintetis.
“Ketika model mulai diberi data sintetis, hasilnya akan semakin menurun,” ujar Duncan.
Baca: Mengapa AI Terlihat Sangat Cerdas? Ternyata Ini Rahasianya
Fenomena ini dikenal sebagai “keruntuhan model,” yakni ketika kualitas output AI terus menurun akibat data pelatihan yang kurang beragam atau tidak autentik.
Duncan juga memperingatkan bahwa meningkatnya konten yang dihasilkan oleh AI di internet dapat memperburuk situasi. Jika konten tersebut digunakan kembali sebagai data pelatihan, maka kualitas AI berisiko semakin menurun.
Ia menambahkan bahwa data sintetis cenderung menghasilkan output yang bias dan kehilangan elemen kreativitas, yang pada akhirnya dapat menghambat inovasi di masa depan.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi perkembangan teknologi AI. Ketika data dunia nyata semakin terbatas dan data sintetis menjadi satu-satunya alternatif, kualitas pelatihan AI berpotensi menurun secara signifikan. Selain itu, risiko halusinasi dan bias dapat membuat teknologi ini kehilangan keandalannya, terutama dalam aplikasi yang membutuhkan presisi tinggi.
Musk dan para ahli lainnya menekankan perlunya solusi inovatif untuk mengatasi ancaman ini. Pengembangan AI yang lebih bertanggung jawab dan pengelolaan data yang lebih baik menjadi kunci untuk memastikan teknologi ini tetap bermanfaat bagi umat manusia.