TikTok Hengkang dari AS

Ilustrasi TikTok di Amerika Serikat. Dok: REUTERS/Dado Ruvic.

Ikhbar.com: Pengguna TikTok di Amerika Serikat (AS) terkejut dan kecewa setelah ByteDance, perusahaan asal China pemilik TikTok, mengumumkan rencana untuk menutup aplikasi tersebut bagi 170 juta pengguna di AS pada Ahad mendatang.

Langkah ini menjadi akhir dari upaya panjang ByteDance untuk menghindari larangan pemerintah AS yang diberlakukan sejak 2023.

Banyak pengguna, termasuk mereka yang telah membangun karier dan komunitas besar di TikTok, merasa frustrasi dengan keputusan tersebut.

Harapan agar aplikasi ini dapat terus beroperasi semakin memudar seiring mendekatnya tenggat waktu pada 19 Januari.

Baca: Warga Prancis Ramai-ramai Tuding TikTok sebagai Aplikasi Pemicu Bunuh Diri

“Mengapa mereka mempermainkan kami? Saya merasa pemerintah menghindari memberi kami jawaban yang sudah mereka ketahui,” kata konten kreator asal Colorado, Amber Goode, dikutip dari Reuters, pada Kamis, 16 Januari 2025.

Larangan ini bermula dari tuduhan bahwa TikTok berpotensi menjadi ancaman keamanan nasional, karena pemerintah China diduga dapat memaksa ByteDance membagikan data pengguna AS.

Meski tuduhan tersebut telah dibantah TikTok, pemerintah AS tetap mengharuskan ByteDance menjual aset TikTok di negara tersebut, atau menghadapi pelarangan total.

Jika larangan ini benar-benar diberlakukan, pengguna yang mencoba mengakses aplikasi mulai Ahad nanti akan disambut dengan pesan pop-up yang mengarahkan mereka ke situs web berisi informasi penutupan TikTok.

Beberapa pengguna menyerukan boikot terhadap platform pesaing seperti Instagram dan Facebook, milik Meta, serta X, yang kini dimiliki Elon Musk. Mereka khawatir aplikasi-aplikasi tersebut akan mengambil alih pasar iklan yang sebelumnya dikuasai TikTok.

Sementara itu, spekulasi bermunculan bahwa Presiden terpilih, Donald Trump, dapat mengeluarkan perintah eksekutif untuk menyelamatkan TikTok. Namun, belum jelas apakah langkah tersebut mampu membatalkan larangan yang telah ditetapkan.

Sebagian pengguna mulai mengucapkan selamat tinggal kepada pengikut mereka, membagikan informasi di mana mereka dapat tetap terhubung, dan beralih ke aplikasi lain seperti platform asal China, RedNote.

Baca: Survei: TikTok dan Shopee Jadi Aplikasi Belanja Online Paling Digandrungi Gen Z

Di sisi lain, beberapa pengguna internasional justru menyambut penutupan ini, berharap algoritma mereka tidak lagi didominasi konten sosial media Amerika.

TikTokers di AS masih berharap pemerintah akan memberikan perpanjangan waktu selama 270 hari, meski peluangnya tampak kecil.

Di tengah ketidakpastian ini, komunitas TikTok terus bergejolak, mempertanyakan kebijakan pemerintah yang mereka anggap mengabaikan dampak pada kreator dan pengguna setianya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.