Manusia Bisa Punah 30 Tahun Lagi akibat Teknologi, Kata Pakar AI

Ilustrasi dominasi robot AI di masa depan. PIXABAY/Lukas

Ikhbar.com: Seorang ilmuwan komputer asal Inggris yang kerap dijuluki sebagai “Godfather” artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan, Prof. Geoffrey Hinton, menyebut peluang kemusnahan umat manusia akibat teknologi dalam tiga dekade mendatang meningkat menjadi 10% hingga 20%. Peringatan ini mencerminkan melesatnya perkembangan teknologi yang jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Hinton, yang tahun ini menerima Hadiah Nobel Fisika atas karyanya dalam bidang AI itu sebelumnya menyebut peluang tersebut tidak sampai sebesar 10%.

“Namun, sebenarnya tidak benar-benar berubah, masih sekitar 10 hingga 20 persen,” kata Hinton, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Sabtu, 28 Desember 2024.

Baca: Teknologi AI Ini Diklaim Bisa Memotret Banjir sebelum Kejadian

Hinton merupakan profesor emeritus di Universitas Toronto, Amerika Serikat (AS). Ia menggambarkan manusia akan seperti bayi usia lima tahun (balita) jika dibandingkan dengan AI.

“Saya suka membayangkan ini seperti membandingkan diri kita dengan anak berusia tiga tahun. Kita akan menjadi anak berusia tiga tahun itu,” katanya.

AI secara umum didefinisikan sebagai sistem komputer yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Tahun lalu, Hinton menjadi sorotan setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya di Google untuk lebih terbuka berbicara tentang risiko pengembangan AI tanpa batas.

Ilmuwan komputer dan pakar AI, Prof. Geoffrey Hinton. AFP/Pontus Lundah

Ia menyatakan keprihatinannya bahwa “pelaku jahat” dapat memanfaatkan teknologi AI untuk merugikan orang lain.

Salah satu kekhawatiran utama dari para penggiat keamanan AI adalah terciptanya kecerdasan buatan umum atau sistem yang lebih pintar daripada manusia. Hal ini dikhawatirkan dapat menjadi ancaman eksistensial dengan menghindari kendali manusia.

“Saya tidak menyangka kita akan berada di titik ini sekarang. Saya pikir kita akan mencapainya di masa depan, tetapi tidak secepat ini,” ujar dia.

“Sebagian besar ahli di bidang ini berpikir bahwa dalam 20 tahun ke depan, kita mungkin akan mengembangkan AI yang lebih cerdas daripada manusia. Itu adalah pemikiran yang sangat menakutkan,” tambahnya.

Baca: Mengapa AI Terlihat Sangat Cerdas? Ternyata Ini Rahasianya

Hinton menyoroti bahwa perkembangan AI berjalan terlampau cepat dari perkiraan dan menyerukan adanya regulasi pemerintah terhadap teknologi tersebut.

“Kekhawatiran saya adalah mekanisme pasar bebas tidak akan cukup untuk menjaga kita tetap aman. Hanya mengandalkan motif keuntungan dari perusahaan besar tidak akan memastikan pengembangan AI dilakukan secara aman,” ujarnya.

“Satu-satunya hal yang dapat memaksa perusahaan-perusahaan besar ini untuk melakukan lebih banyak penelitian tentang keamanan adalah regulasi pemerintah,” tambah Prof. Hinton.

Hinton merupakan salah satu dari tiga tokoh yang dijuluki “Godfather AI” dan telah memenangkan penghargaan ACM AM Turing, setara dengan Hadiah Nobel dalam ilmu komputer, atas kontribusi mereka di bidang AI. Namun, salah satu dari trio ini, Yann LeCun, yang merupakan kepala ilmuwan AI di perusahaan Meta milik Mark Zuckerberg, menepis ancaman eksistensial tersebut.

“Bahkan AI justru bisa menyelamatkan manusia dari kepunahan,” tegas LeCun.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.