Ikhbar.com: Bocoran dokumen mengungkapkan peningkatan signifikan ketergantungan militer Israel pada teknologi cloud dan sistem kecerdasan buatan (AI) Microsoft selama masa-masa paling intensif pengeboman di Gaza.
Dokumen ini memberikan gambaran detail mengenai penguatan hubungan antara Microsoft dan lembaga pertahanan Israel pasca-7 Oktober 2023, termasuk penyediaan layanan komputasi dan penyimpanan skala besar serta kontrak senilai setidaknya $10 juta (sekitar Rp162 miliar) untuk ribuan jam dukungan teknis.
Baca: Tolak Gencatan Senjata, Menteri Zionis Israel Mengundurkan Diri
Investigasi yang dilakukan The Guardian bersama +972 Magazine dan Local Call mengungkapkan bahwa, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memanfaatkan perusahaan teknologi besar asal Amerika Serikat (AS) itu untuk memenuhi kebutuhan teknologi perang.
Dalam serangan ke Gaza, IDF mengalami lonjakan kebutuhan akan kapasitas penyimpanan data dan daya komputasi, sehingga memperluas infrastruktur digitalnya, dan mengadopsi layanan cloud dari perusahaan-perusahaan teknologi AS.
Berdasarkan dokumen bocoran, termasuk catatan komersial dari kementerian pertahanan Israel dan dokumen dari anak perusahaan Microsoft di negara tersebut, diketahui bahwa produk dan layanan Microsoft, terutama platform komputasi cloud Azure, dimanfaatkan berbagai unit militer Israel, mulai dari angkatan udara, darat, dan laut hingga direktorat intelijen. Azure digunakan untuk mendukung operasi tempur dan intelijen.
“Sebuah sistem yang digunakan pasukan keamanan Israel untuk mengelola pencatatan populasi dan pergerakan warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza, yang dikenal sebagai ‘Rolling Stone’, dikelola menggunakan teknologi Microsoft,” tulis laporan tersebut, dikutip pada Ahad, 26 Januari 2025.
Selain itu, Microsoft juga memberikan akses luas kepada militer Israel terhadap model GPT-4 dari OpenAI melalui kemitraannya dengan pengembang alat AI tersebut.
Meski menolak memberikan komentar terkait hasil investigasi ini, dokumen yang beredar mengindikasikan keterlibatan Microsoft dalam mendukung berbagai operasi sensitif selama perang berlangsung.
Baca: Sejarawan Israel: Zionisme di Ambang Keruntuhan
Kemitraan ini mencerminkan meningkatnya peran sektor swasta dalam konflik bersenjata berbasis teknologi tinggi, sekaligus mempertegas kaburnya batas antara infrastruktur digital sipil dan militer.
Hubungan komersial antara militer Israel dan perusahaan teknologi besar AS memicu perhatian global, termasuk protes dari sejumlah pekerja teknologi yang khawatir produk yang mereka ciptakan digunakan dalam konflik di Gaza.
Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.