Ikhbar.com: Warisan arsitektur wilayah Najran, Arab Saudi dirancang menggunakan bahan lokal dan teknik tradisional demi menghadirkan perpaduan harmonis antara masa lalu dan masa kini. Pendekatan ini sejalan dengan visi 2030 yang menitikberatkan pelestarian warisan budaya, sekaligus menjadi inspirasi berharga bagi proyek-proyek berkelanjutan yang mengintegrasikan teknologi modern, seperti NEOM dan Qiddiya.
Keunikan arsitektur Najran tercermin melalui berbagai bentuk, nama, dan metode konstruksi. Rumah-rumah berbahan dasar lumpur menjadi salah satu contoh autentik yang menunjukkan solusi arsitektur yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Desainnya memenuhi kebutuhan individu maupun komunitas dengan tetap berakar pada adat dan tradisi.
Kota tua Najran menjadi bagian penting dari warisan budaya Semenanjung Arab, menampilkan situs-situs arkeologi seperti kastel, istana, dan rumah-rumah tradisional yang telah berdiri lebih dari tiga abad.
Asisten Profesor Desain Perkotaan di Universitas Najran, Dr. Abdulrahman Al-Majadah menjelaskan bahwa rumah-rumah tradisional tersebut dibangun secara vertikal dengan luas biasanya tidak melebihi 100 meter persegi. Sisa lahan digunakan untuk ruang terbuka bagi ternak, penyimpanan biji-bijian, serta area tinggal musim panas.
Rumah-rumah lumpur ini dikenal karena kesederhanaan, keindahan, dan desain harmonisnya. Berbeda dari tata kota tradisional Islam yang saling terhubung, kota tua Najran terdiri atas beberapa kompleks perumahan yang dibentuk oleh adat sosial, terletak di antara ladang, dan mencerminkan rasa aman serta kohesi yang kuat.
“Ada lima gaya rumah tradisional Najran, yakni al-Qasbah, al-Darb, al-Mushulaq, al-Murabba’, dan al-Muqaddam. Gaya al-Qasbah, yang biasanya ditemukan di pusat desa, memiliki desain melingkar dengan dasar yang lebar dan menyempit ke atas, menyerupai menara penjaga dan dikenal sebagai al-Abraj,” katanya, sebagaimana dikutip dari Saudi Press Agency (SPA), Sabtu, 25 Januari 2025.

Baca: 5 ‘Surga’ Buku dan Kopi di Arab Saudi
Menurut Al-Majadah, gaya al-Mushulaq memiliki ruangan-ruangan yang menghadap pintu utama, berbentuk U atau L, dengan dua hingga tiga lantai. Gaya yang paling umum adalah al-Darb, yang memiliki tujuh lantai, sedangkan al-Muqaddam lebih sederhana dengan hanya satu lantai dan atap.
“Elemen dekoratif memainkan peran penting dalam mempercantik rumah tradisional ini. Pita horizontal menghiasi bagian atas bangunan, beberapa di antaranya memiliki lengkungan berongga,” katanya.
Pintu dan jendela dihiasi dengan gypsum putih, sementara penataan jendela menciptakan ritme estetika pada eksterior. Warna alami dari bahan seperti kayu, gypsum, dan tanah liat seringkali mendominasi tampilan bangunan.
Seorang ahli restorasi rumah lumpur di Najran, Nasser Ayran menyebutkan meningkatnya permintaan untuk merestorasi rumah-rumah tradisional ini. Hal ini didorong oleh keinginan untuk melestarikan warisan budaya dan meningkatkan daya tarik visual desa-desa setempat. Mengingat keterbatasan lahan, membagi properti di antara ahli waris dianggap kurang praktis, sehingga pelestarian menjadi pilihan yang lebih baik.
Komisi Warisan berperan penting dalam mendokumentasikan warisan perkotaan dan membuat registri nasional situs-situs di seluruh Kerajaan Arab Saudi untuk mendukung penelitian dan kebutuhan para ahli.

Baca: Arab Saudi Buka Jalur Pendakian Gunung Saksi Kisah Cinta Laila-Majnun
Konstruksi rumah lumpur kuno melibatkan penggunaan lumpur dan batu. Tahap awal, yang dikenal sebagai al-Wathar, melibatkan pemasangan deretan batu horizontal yang disebut al-Madmak. Waktu pengeringan bervariasi dari dua hingga tiga hari pada musim dingin hingga satu hari pada musim panas sebelum lapisan berikutnya ditambahkan.
“Konstruksi atap menggunakan batang pohon palem, tamariska, atau sidr yang dilapisi plester lumpur dan dirawat dengan kapur dalam proses yang disebut al-Qadad,” katanya.
Keahlian yang cermat ini menekankan keterkaitan mendalam antara warisan arsitektur Najran dengan identitas budayanya.
Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.