Ikhbar.com: Pasukan Israel kembali melancarkan aksi kejinya. Kali ini, mereka menembaki warga Palestina di Gaza yang tengah berebut bantuan makanan pada Kamis, 29 Februari 2024. Akibatnya, 112 orang tewas dan seratusan lainnya terluka dalam insiden tersebut.
“Insiden tersebut mengakibatkan total korban warga Gaza yang meninggal dunia sejak konflik meletus pada 7 Oktober 2023 menjadi 30.000 orang,” kata Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza dikutip dari Arab News pada Jumat, 1 Maret 2024.
Israel mengakui bahwa mereka telah memberondong warga Gaza. Tentara Zionis itu mengatakan bahwa pihaknya terpaksa menembakkan timah panas karena merasa terancam.
Pihak militer Israel mengatakan bahwa konvoi 30 truk menjelang fajar yang melaju ke Gaza utara dihadang banyak orang yang mencoba mengambil bantuan yang mereka bawa.
“Puluhan warga Palestina tewas dalam penyerbuan tersebut dan beberapa di antaranya tertabrak truk ketika pengemudinya mencoba melarikan diri,” kata Kepala Juru Bicara Militer Israel, Laksamana Muda, Daniel Hagari.
Hagarai mengeklaim, pasukannya yang menjaga lokasi terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke arah massa karena merasa terancam.
“Kami tidak menembaki mereka yang mencari bantuan. Kami tidak menembaki konvoi bantuan kemanusiaan, baik dari udara maupun dari darat. Kami amankan agar bisa sampai ke Gaza utara,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu saksi yang selamat, Kamel Abu Nahel menjelaskan, dia dan warga lainnya mendatangi tempat distribusi pada tengah malam karena mendengar akan ada pengiriman makanan.
“Kami sudah makan pakan ternak selama dua bulan,” katanya saat dirawat di Rumah Sakit Shifa.
Ia mengatakan, pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan ketika orang-orang menarik kotak-kotak tepung dan makanan kaleng dari truk. Hal itu mengakibatkan beberapa dari mereka terpencar.
“Ada beberapa orang bersembunyi di bawah mobil. Setelah penembakan berhenti, orang-orang kembali ke truk, dan tentara kembali melepaskan tembakan. Saya tertembak di kaki dan terjatuh, lalu sebuah truk menabrak kaki saya,” katanya.
Baca: Daftar Peristiwa Penting Hari ke-140 Serangan Israel di Gaza
Seratusan korban tergeletak
Kepala Layanan Ambulans di Rumah Sakit Kamal Adwan, Fares Afana mengatakan, petugas medis yang tiba di lokasi menemukan ratusan mayat warga Gaza yang bergelimpangan.
Ia mengaku, ambulans yang dibawanya tidak cukup untuk mengumpulkan semua korban tewas dan terluka. Alhasil, beberapa korban dibawa ke rumah sakit dengan kereta kuda dan keledai.
Hal itulah yang dirasakan salah satu korban yang selamat bernama Ahmad. Ia yang mengalami luka tembak di lengan dan kaki mengatakan harus menunggu selama dua jam sebelum seseorang dengan kereta kuda.
“Sebelum saya sampai di rumah sakit, dengan kondisi kaki yang terluka, saya hampir menunggu selama dua jam sebelum akhirnya diselamatkan,” katanya.
Direktur Rumah Sakit Al-Awda, Dr Mohammed Salha menjelaskan, pihaknya menerima 161 pasien yang terluka sesaat setelah insiden terjadi.
“Sebagian besar mereka mengalami luka tembak. Rumah sakit hanya dapat melakukan operasi yang paling penting karena kehabisan bahan bakar untuk menyalakan generator darurat,” ujar dia.
Baca: Pendeta di Gaza Ungkap Janji Palsu Israel Lindungi Kristen Palestina
Dunia mengamuk
Aksi brutal militer Israel yang menembaki warga Gaza itu memicu negara-negara di dunia melontarkan kecaman, tak terkecuali Amerika Serikat (AS).
Presiden AS, Joe Biden mengatakan bahwa aksi kejam Israel itu akan menimbulkan kesulitan dalam merundingkan gencatan senjata.
“Insiden penembakan itu akan mempersulit upaya untuk menengahi gencatan senjata,” kata Biden.
Meski demikian, Biden mengaku masih memeriksa dua versi sumber yang saling bertentangan mengenai insiden tersebut. Ia merujuk kesaksian warga versus kesaksian Israel.
Sementara juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan telah menghubungi Israel. Ia mendesak untuk segera mendapatkan jawaban atas apa yang terjadi.
Laporan Gedung Putih menyebut Biden telah menghubungi pemimpin Qatar dan Mesir melalui panggilan telepon. Ia membahas gencatan senjata dan insiden yang baru saja terjadi.
Kecaman juga dilayangkan negara-negara Arab, termasuk Saudi. Mereka mengutuk keras tindakan Israel yang menyerang warga sipil secara membabi buta itu.
Bersama Mesir, dan Yordania, mereka menuduh Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil dalam insiden tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, mereka menyerukan peningkatan jalur aman untuk bantuan kemanusiaan. Mereka juga mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas untuk menekan Israel agar mematuhi hukum internasional dan mencapai kesepakatan untuk segera melakukan gencatan senjata.
Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar tak mau ketinggalan. Mereka kompak menyebutkan bahwa aksi brutal Israel itu memicu aksi kekerasan lainnya di belahan dunia.
Selain negara Arab dan AS, Prancis juga turut melayangkan kecaman. Mereka menegaskan bahwa penembakan ke warga Gaza itu tidak dapat dibenarkan.
Sementara itu, Spanyol menyebut bahwa peristiwa tersebut sebagai hal yang tidak dapat diterima oleh pihak mana pun.
Di sisi lain, Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell juga mengecam serangan yang dilancarkan pasukan Israel itu. Ia menyebutnya sebagai pembantaian yang keji.
Dilaporkan, Dewan Keamanan PBB langsung mengadakan pertemuan darurat tertutup mengenai insiden tersebut pada Kamis sore, 29 Februari 2024.
Para mediator berharap bisa mencapai kesepakatan sebelum bulan suci Ramadan tiba. Namun sejauh ini, Israel dan Hamas masih berselisih paham mengenai tuntutan mereka.
Sulitnya bantuan
Arab News melaporkan, hingga saat ini sejumlah bantuan sulit didistribusikan ke Gaza. Alhasil, ratusan ribu orang di sana terancam kelaparan.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan hampir mustahil mengirimkan pasokan ke sebagian besar Gaza. Hal itu disebabkan sulitnya berkoordinasi dengan militer Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa seperempat dari 2,3 juta warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan.
“Sekitar 80 persen telah meninggalkan rumah mereka,” kata PBB.