Ikhbar.com: Taliban kembali memperketat pembatasan terhadap perempuan dengan melarang mereka mengikuti pelatihan bidan di Afghanistan. Calon bidan yang sedang menjalani pelatihan diperintahkan untuk berhenti menghadiri kelas.
Wakil Direktur Hak-Hak Perempuan di Human Rights Watch, Heather Barr memperingatkan bahwa larangan tersebut bisa berakibat pada peningkatan angka kematian perempuan dan anak akibat sulitnya akses layanan kesehatan selama proses persalinan.
“Ini menutup salah satu dari sedikit celah yang tersisa di tengah larangan pendidikan bagi perempuan dan anak perempuan oleh Taliban. Akibatnya, lebih banyak nyawa akan melayang,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari The Independent, Rabu, 4 Desember 2024.
Baca: 400 Judul Buku Dilarang Taliban Beredar di Afghanistan, Salah Satunya Karya Kahlil Gibran
Kementerian Kesehatan Masyarakat Taliban dilaporkan telah memerintahkan penutupan institusi pelatihan medis untuk perempuan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Beberapa lembaga pelatihan bidan di berbagai provinsi mengonfirmasi penerapan larangan tersebut.
Selain itu, Barr menyoroti bahwa Taliban telah melarang perempuan mendapatkan perawatan kesehatan dari tenaga medis pria. Kebijakan baru ini memutus rantai regenerasi tenaga kesehatan perempuan, memperburuk kondisi kesehatan masyarakat, terutama bagi ibu dan anak.
Afghanistan dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian ibu saat melahirkan tertinggi di dunia.
Ada satu perempuan yang diperkirakan meninggal setiap dua jamnya.
Editor layanan bahasa Afghanistan di BBC, Mariam Aman mengungkapkan bahwa larangan tersebut berdampak langsung pada sekitar 17.000 mahasiswi pelatihan bidan. Ia memperingatkan bahwa dalam lima tahun ke depan, perempuan akan melahirkan tanpa bantuan medis.
“Banyak distrik tidak akan memiliki bidan atau akses ke layanan kesehatan,” katanya.
Baca: Ujian Berat Pertahankan Hijab: Curhatan Muslimah di Asia Tengah
Seorang perempuan muda dari Afghanistan yang enggan disebutkan namanya bercerita bahwa temannya, yang hampir menyelesaikan pendidikan kebidanan, terpaksa berhenti setelah institusi tempatnya belajar ditutup pagi itu.
Sejak merebut kekuasaan pada 2021, Taliban, kelompok Islam garis keras, telah memberlakukan berbagai pembatasan terhadap perempuan. Mereka dilarang bekerja, mengenyam pendidikan, berada di ruang publik, hingga berpartisipasi dalam olahraga.
Taliban juga melarang perempuan memasuki salon, berolahraga di gym, berbicara di depan umum, dan bahkan berdoa di luar rumah.
Pada bulan pertama pengambilalihan Kabul, Taliban melarang perempuan belajar di sekolah menengah. Larangan tersebut diperluas hingga mencakup perguruan tinggi dan universitas pada Desember 2022, membuat perempuan Afghanistan semakin terpinggirkan dari pendidikan formal.