Ikhbar.com: Muhammad Rasad, pemuda asal Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng), yang namanya lolos dalam seleksi akhir sebagai imam masjid di Uni Emirat Arab (UEA) menceritakan ihwal pesona Muslim Indonesia di mata dunia.
Rasad, panggilan akrabnya, menceritakan, ia berhasil mengalahkan 550 pendaftar lainnya untuk berkesempatan menjadi imam tetap di negara kaya minyak tersebut.
Menurut dia, kecenderungan negara-negara Timur Tengah gemar membuka seleksi maupun merekrut imam dari Indonesia, lantaran beragam pesona yang tidak dimiliki warga negara lain.
“Saya pikir, itu karena masyarakat Indonesia mempunyai lidah yang ringan serta elastis. Sehingga orang-orang kita di sini tampak lebih fasih dalam menetapkan makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) saat melafalkan Al-Qur’an,” kata Rasad, kepada Ikhbar.com, Sabtu, 27 Mei 2023.
Baca: Mahasiswa Asal Banjarmasin Lolos Seleksi Imam Masjid di Uni Emirat Arab
“Ditambah lagi, dari kualitas suara, orang-orang kita juga lebih unggul sehingga mampu menghasilkan nada yang indah saat membaca kitab suci,” sambungnya.
Mahasiswa pascasarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin itu melanjutkan, Indonesia memang tidak memiliki tradisi untuk menyeleksi imam masjid. Bahkan, kerap kali posisi itu dianggap biasa saja dan sepi dari peminat.
“Padahal, itu modal utama untuk bisa dekat dan mengenal masyarakat,” katanya.
Sebaliknya, kata dia, menjadi imam yang baik justru harus memiliki kedekatan dengan jemaahnya. Hal ini dibutuhkan agar upaya dakwah dan menghidupkan syiar keislaman bisa berjalan dengan baik.
Menurut Rasad, akibat tidak memiliki tradisi seleksi imam salat secara ketat, maka sering kali masjid-masjid di Indonesia seolah-olah tidak memiliki daya tawar lebih selain hanya sebagai tempat melaksanakan kewajiban salat.
“Syarat utama seorang imam salat di masjid harus fasih. Itu yang tidak bisa ditawar,” katanya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar para penghafal Al-Qur’an di Indonesia agar langsung berkenan untuk mengabdikan diri saat muncul permintaan dan kebutuhan di tengah masyarakat.
“Jangan sampai pula hafalan yang kita raih dengan susah payah dikesampingkan oleh pekerjaan yang baru,” katanya.