Pengendalian Banjir di Masa Kekhalifahan Islam

Dengan meniru semangat inovasi peradaban Islam, masyarakat global dapat menciptakan solusi yang mendukung pencegahan dan pengendalian banjir, sekaligus pemenuhan kebutuhan air bagi generasi mendatang.
Ilustrasi proyek irigasi dan tata kelola air untuk estetika kota di masa Kekhalifahan Islam. Dok MUSLIM HERITAGE

Ikhbar.com: Banjir menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi peradaban manusia di sepanjang sejarah. Dalam dunia Islam, para ilmuwan dan insinyur memainkan peran penting dalam memahami, mengelola, dan mencegah bencana ini melalui inovasi teknologi yang revolusioner. Sejak masa Dinasti Bani Umayah hingga Kekhalifahan Ottoman, berbagai proyek pengendalian air telah membuktikan keunggulan teknologi Islam di era kejayaannya.

Baca: Gelap-Terang Sejarah Abbasiyah

Inovasi teknis Bani Umayah

Pada masa kekhilafahan Bani Umayah (661–1031 M), proyek pengelolaan air menjadi prioritas utama untuk mendukung perkembangan agraria dan perkotaan. Menurut Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R. Hill dalam Islamic Technology: An Illustrated History (1986), insinyur Muslim menciptakan berbagai inovasi teknis, termasuk pengembangan saluran irigasi yang canggih, bendungan untuk mengendalikan aliran sungai besar seperti Eufrat dan Tigris, serta waduk penyimpanan air untuk menghadapi musim kemarau.

Bendungan Ma’rib di Yaman, salah satu warisan teknik pramodern, merupakan contoh nyata keunggulan teknologi Muslim. Awalnya dibangun oleh peradaban Saba sekitar abad ke-8 SM, bendungan ini mengalami perbaikan signifikan pada masa kekhalifahan Bani Umayah. Para insinyur Muslim memperkuat struktur bendungan dengan batu dan memperluas sistem irigasinya untuk mendukung pertanian yang lebih luas. Bendungan ini mampu menyalurkan air secara merata ke daerah-daerah sekitar, yang menjadi fondasi perekonomian lokal.

Kehadiran nâ’ûr (kincir air) menjadi inovasi yang sangat penting pada masa itu. Kincir ini menggunakan tenaga air untuk mengangkat air dari sungai ke saluran irigasi, yang mendukung keberlangsungan sektor pertanian di wilayah semi-arid. Menurut catatan Al-Jazari dalam The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices (1206), kincir air mampu mengairi hingga 80 hektare lahan pertanian dengan efisiensi tinggi. Alat ini dirancang dengan prinsip roda gigi yang terus dikembangkan oleh insinyur Muslim.

Selain itu, instrumen ilmiah seperti jam air dan perangkat pengukur aliran air menunjukkan bagaimana ilmuwan Muslim sudah memiliki pendekatan ilmiah dalam hidrologi. Alat-alat ini tidak hanya digunakan untuk mitigasi banjir, tetapi juga membantu mengoptimalkan distribusi air dalam konteks sosial dan ekonomi.

Penyediaan Air, sanitasi, filter higienis, dan praktik pengelolaan air dalam peradaban Muslim. MUSLIM HERITAGE/Marwan Haddad

Baca: Mengenal Haras, Paspampres Era Kekhalifahan Islam

Kemajuan sains dan teknologi masa Ottoman

Tradisi intelektual Islam berlanjut di era Kekhalifahan Ottoman (1299–1924 M), dengan menjadikan pengelolaan sumber daya air sebagai fokus utama. Menurut Ekmeleddin İhsanoğlu dalam Science, Technology and Learning in the Ottoman Empire (2004), madrasah dan institusi pendidikan memainkan peran penting dalam melatih insinyur dan ilmuwan yang berkontribusi pada proyek infrastruktur besar.

Salah satu proyek monumental adalah pemanfaatan dan pengembangan saluran air Valens Aqueduct di Istanbul. Awalnya dibangun oleh Kaisar Hadrian pada era Romawi sekitar abad ke-4 M, saluran ini diperluas oleh Kaisar Konstantinus Agung untuk memenuhi kebutuhan air Kota Byzantium yang terus berkembang.

Di bawah Kekhalifahan Ottoman, saluran tersebut dilestarikan, diperbaiki, dan dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan populasi yang meningkat pesat di Istanbul. Saluran itu menjadi bagian dari jaringan distribusi air yang menghubungkan sumber air di luar kota dengan pusat-pusat pemukiman.

Mimar Sinan, arsitek legendaris Ottoman, memainkan peran penting dalam pengelolaan sumber daya air. Pada masa pemerintahan Sultan Suleiman I, Sinan merancang sistem distribusi air yang mencakup serangkaian waduk, saluran air bawah tanah, dan bendungan kecil.

Salah satu karya Sinan yang paling terkenal adalah Bendungan Maglova (1563), yang tidak hanya menjadi contoh rekayasa sipil terbaik pada masanya, tetapi juga memiliki struktur lengkung ganda yang memberikan kekuatan maksimal terhadap tekanan air. Bendungan ini mendukung pengendalian banjir sekaligus memenuhi kebutuhan irigasi dan air minum masyarakat setempat.

Selain bendungan dan saluran air, Ottoman juga mengembangkan teknologi kanal untuk transportasi dan pengendalian banjir. Kanal-kanal ini, seperti Kanal Bahçeşehir di sekitar Istanbul, membantu mencegah genangan air berlebih di wilayah perkotaan sambil mendukung aktivitas perdagangan. Proyek ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat diterapkan secara multifungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Perbandingan dengan peradaban lain pada masa yang sama juga menunjukkan keunggulan teknologi Islam.

Di Eropa abad pertengahan, pengelolaan air masih sangat tergantung pada teknologi Romawi yang terbatas. Sementara insinyur Muslim sudah mengembangkan teknologi hidrolik yang lebih kompleks, seperti sistem pengalihan air dan mekanisme kontrol aliran yang canggih.

Sebuah manuskrip menunjukkan pompa resiprokal Al-Jazari (kiri). Ini adalah pertama kalinya ilustrasi engkol muncul dalam sebuah manuskrip. Gambar animasi 3D dari pompa resiprokal (kanan). Dok MUSLIM HERITAGE

Baca: Mengenal Sinan, Perancang Ratusan Bangunan Era Ottoman

Inspirasi untuk masa kini

Keberhasilan peradaban Islam dalam pengelolaan air memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan perencanaan yang berkelanjutan. Di era modern, tantangan yang semakin kompleks akibat perubahan iklim membutuhkan pendekatan ilmiah yang terintegrasi, sebagaimana diterapkan oleh para ilmuwan Muslim di masa lalu.

Teknologi modern seperti pemodelan prediksi banjir berbasis data, sistem drainase perkotaan yang efisien, hingga bendungan berdesain mutakhir perlu dikembangkan dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Data dari United Nations University Institute for Water, Environment and Health (UNU-INWEH) menunjukkan bahwa sekitar 2 miliar orang di dunia saat ini menghadapi kekurangan air. Dengan meniru semangat inovasi peradaban Islam, masyarakat global dapat menciptakan solusi yang mendukung pencegahan dan pengendalian banjir, sekaligus pemenuhan kebutuhan air bagi generasi mendatang.

Baca: Pajak Naik, Ibnu Khaldun: Gol Bunuh Diri Ekonomi

Inspirasi dari sejarah juga menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas disiplin ilmu dalam mengatasi tantangan besar. Dengan belajar dari keberhasilan masa lalu, manusia dapat mengelola sumber daya air secara lebih efektif, meminimalkan dampak bencana, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia.

Semangat inovasi yang ditunjukkan oleh ilmuwan Muslim adalah pengingat bahwa kemajuan teknologi harus diarahkan untuk kebaikan bersama, menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan landasan bagi masa depan yang lebih baik.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.