Ikhbar.com: Matematika adalah dunia angka-angka. Nilai sebuah angka itu, yang oleh kebanyakan orang disebut bilangan.
Bilangan merupakan sebuah konsep matematika yang digunakan dalam pencacahan dan pengukuran. Simbol atau lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.
Namun, siapa sangka, sosok yang banyak memberikan sumbangan terhadap fondasi dasar keilmuan matematika ini ialah Ibnu Sina, serta sejumlah ulama Arab lainnya.
Baca: Alkimia, bukan Kimia, Cara Barat Singkirkan Peran Ilmuwan Islam
Bermula dari bilangan
Teori bilangan menarik minat orang-orang Yunani untuk mempelajari berbagai macam jenis di dalamnya, dimulai bilangan bulat, genap, ganjil, kuadrat, dan sebagainya.
Ketertarikan itu bahkan berlanjut hingga akhir periode kuno. Hingga mengantarkan matematikawan Yunani, Euclid menemukan bilangan sempurna, yang merupakan jumlah pembagi yang dinilai paling tepat. Contohnya, 6=3+2+1. Angka 3, 2, dan 1 merupakan pembagi.
Dikutip dari Muslim Heritage, eksplorasi dalam bidang matematika Arab memang dimulai dari teori bilangan tersebut. Dari sana, para matematikawan memberikan kontribusi besar berdasarkan studi yang ditemukan dalam tradisi sebelumnya. Telah terbukti bahwa kontribusi besar pertama terhadap teori bilangan, khususnya, mengenai bilangan yang bersahabat, yakni dua bilangan asli berbeda yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga jumlah pembagi masing-masing bilangan sama dengan bilangan lainnya, dietemukan oleh para ulama sekaligus matematikawan Arab.
Awal mula sumbangan Arab dalam teori bilangan muncul bersama matematikawan Thabit bin Qurra seiring temuan yang ia ungkapkan mengenai cikal bakal bilangan bersahabat dalam Al-a’dad al-Mutahabba. Matematikawan lain, seperti Kamal Al-Din Al-Farisi dan Muhammad Baqir Yazdi, juga disebut memberikan sumbangan pada teori bilangan yang merupakan pengembangan dari teorema Thabit.
Para sejarawan menyebut studi teori bilangan membentuk tradisi yang berkesinambungan dan mengarah pada penemuan teorema atau masalah yang biasanya dikaitkan dengan matematikawan Barat beberapa abad kemudian. Misalnya, munculnya teorema Wilson dari karya Ibn Al-Haytham, masalah bobot Bachet dari Al-Khazini, atau penjumlahan pangkat empat bilangan bulat 1,2,… n dari karya matematikawan abad ke-10 Abu Saqr al-Qabisi. Bahkan, meskipun lebih dikenal di bidang kedokteran, Ibnu Sina atau Avicenna, juga menyumbangkan beberapa karya tentang teori bilangan.
Baca: Al-Zahrawi, Dokter Muslim Penemu Kosmetik dan Skincare
Sumbangan Ibnu Sina
Sumbangan Ibnu Sina dalam dunia matematika, khususnya terkait teori bilangan tertuang dalam banyak karya. Salah satu yang terpenting berjudul Alai yang ditulis dalam bahasa Persia dan Al-Shifa dalam bahasa Arab. Kedua buku itu berisi bagian-bagian vital tentang aritmatika.
Dalam sejumlah penemuanya, Ibnu Sina menyatakan dua aturan, yang pertama, jika bilangan ganjil berurutan ditempatkan dalam tabel persegi, jumlah bilangan yang terletak pada diagonal akan sama dengan pangkat tiga sisi; jumlah bilangan yang mengisi persegi akan menjadi pangkat empat sisi.
Kedua, jika bilangan ganjil berurutan disusun dalam suatu segitiga, maka jumlah bilangan yang diambil dari satu baris sama dengan pangkat tiga bilangan (baris) tersebut.
Penemuan teori itu disebut para matematikawan dunia sebagai sumbangan besar, sekaligus menunjukkan bahwa tradisi ilmiah Arab sangat berperan dalam mempelopori teori bilangan, sebagaimana juga sumbangan mereka dalam bentuk teori-teori matematika lainnya. Tentu, terutama nama besar Muḥammad bin Musa Al-Khwarizmi yang kemudian hari dijuluki sebagai Bapak Aljabar.