Ikhbar.com: Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah memasuki masa tenang. Para kontestan sudah tidak diperbolehkan lagi untuk menggelar kampanye.
Dalam pelaksanaannya, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) juga dituntut untuk menertibkan segala atribut alat peraga kampanye di ruang publik.
Pada masa tenang yang akan berlangsung hingga 13 Februari 2024 tersebut, masyarakat diharap dapat merasa nyaman dalam mempertimbangkan pilihannya.
Baca: Doa selama Hari Tenang sebelum Pencoblosan Pemilu
Tenang adalah perkara hati
Al-Qur’an berkali-kali membincang kosa kata “tenang,” terlebih terkait persoalan hati. Misalnya, pada QS. Al-Ra’d: 28. Allah Swt berfirman:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Dikutip dari Tafsir Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan, orang yang beriman dan senantiasa mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi tenteram.
“Kehidupan orang beriman akan tenang dan tidak akan merasa gelisah, takut, atau khawatir,” jelas Tafsir Kemenag.
Dengan demikian, ketenangan tersebut akan mendorong mereka untuk melakukan amal baik dan merasa bahagia dengan kebajikan yang telah diamalkannya.
“Pada intinya, iman dan mengingat Allah akan mendatangkan kebahagiaan dan tempat kembali yang baik di sisi Allah pada hari akhir,” jelasnya.
Baca: Zuhud Pemilu, Siap Menang Siap Kalah
Ruang dan waktu
Selain hati yang menuntut ketenangan, Allah Swt juga menyebutkan bahwa rumah merupakan tempat yang nyaman bagi setiap penghuninya. Hal itu seperti yang disebutkan dalam QS. An-Nahl: 80. Allah Swt berfirman:
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْۢ بُيُوْتِكُمْ سَكَنًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ جُلُوْدِ الْاَنْعَامِ بُيُوْتًا تَسْتَخِفُّوْنَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ اِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ اَصْوَافِهَا وَاَوْبَارِهَا وَاَشْعَارِهَآ اَثَاثًا وَّمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ
“Allah menjadikan bagimu rumah sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu dari kulit binatang ternak (sebagai) rumah (kemah) yang kamu merasa ringan (membawa)-nya pada waktu kamu bepergian dan bermukim. (Dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing peralatan rumah tangga serta kesenangan sampai waktu (tertentu).”
Ulama ahli tafsir Al-Qur’an, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, kata “bayt” dalam ayat tersebut mulanya bermakna tempat tinggal di waktu malam, baik berupa bangunan tetap, maupun sementara, seperti kemah-kemah.
Menurutnya, makna tersebut kemudian berkembang menjadi tempat tinggal, baik digunakan di waktu malam maupun siang.
“Agaknya, penamaan itu demikian karena pada dasarnya seseorang bisa saja terus berkeliaran di siang hari tanpa kembali ke rumah. Namun, jika malam tiba, ia merasa sangat perlu kembali ke tempat tinggalnya untuk tidur,” katanya.
Berikutnya, ketenangan juga dapat diraih ketika malam hari. Penjelasan tersebut seperti yang disebutkan dalam QS. Yunus: 67. Allah Swt berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
“Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang (mau) mendengar.”
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azim menyebutkan, waktu malam merupakan salah satu anugerah yang diberikan Allah Swt kepada manusia.
“Sebab malam hari merupakan waktu yang sangat baik untuk seseorang beristirahat setelah seharian bekerja,” jelasnya.
Selain itu, Al-Qur’an menjelaskan, suasana tenteram juga dapat diraih melalui istri. Penegasan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Ar-Rum: 21. Allah Swt berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’li Ahkaam Al-Qur’an mengatakan, di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah Swt telah menciptakan istri kepada setiap pasangan. Para suami akan merasakan ketengan jika berada di sampingnya.
“Kata ‘al-mawaddah‘ dan ‘ar-rahmah‘ merupakan kasih sayang hati mereka satu sama lain, sehingga menimbulkan cinta pada keduanya,” jelasnya.
Mengutip riwayat Ibnu Abbas ra, kata “al mawaddah” tersebut merupakan cinta seseorang laki-laki kepada istrinya. Sementara ar-rahmah merupakan rasa kasih sayang kepada istrinya jika ia mengalami hal buruk.
“Kebersamaan antara laki-laki dan perempuan itu adalah perasaan yang menimbulkan ketentraman,” tegas Imam Al-Qurtubhi.
Suasana tenang juga dapat diraih umat Muslim dengan berdoa atau didoakan orang lain. Penegasan itu seperti yang tercantum dalam QS. At-Taubah: 103. Allah Swt berfirman:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Syekh Al-Sa’adi dalam dalam Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan mengatakan, tujuan sunah mendoakan orang yang memberi sedekah atau zakat adalah menenteramkan dan membahagiakan hati muzakki.
“Hal itu sebagaimana yang dilakukan nabi Muhammad Saw, baik doa yang bersifat umum maupun khusus seperti minta diampuni dosa,” katanya.