Ikhbar.com: Dari 99 asmaulhusna nama-nama baik yang dimiliki Allah Swt, hanya lafaz “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” yang tercantum dalam kalimat basmalah. Penyebabnya kedua sifat tersebut begitu dominan pada diri Allah swt.
Demikian Prof. KH Muhammad Quraish Shihab melanjutkan penafsiran ayat ketiga QS. Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Mishbah. Ia pun menyebut bahwa kata “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” berasal dari akar kata yang sama, yakni “Rahim.”
Akar kata itu sekilas mirip dengan “Rahim” dalam Bahasa Indonesia. Jika mendengar kata tersebut, maka seseorang akan membayangkan sesosok ibu dan anak. Dari pandangan itu, maka akan didapatkan gambaran kasih sayang ibu kepada anaknya yang begitu agung.
Baca: Serba-serbi Makna Alhamdulillah
Meski demikian, Prof. Quraish menggarisbawahi bahwa kasih sayang Allah Swt berbeda dengan seorang ibu. Sebab, jika berpandangan sama, maka itu akan bertolak belakang dengan sifat mukhalafatul lil hawaditsi (tidak menyerupai makhluk-Nya).
Kata “Ar-Rahman” dipahami sebagai sifat Allah Swt yang dicurahkan sementara kepada seluruh makhluknya di dunia. Sementara “Ar-Rahim” merupakan kasih sayang Allah Swt yang bersifat kekal bagi hamba-Nya di akhirat.
Penggabungan keduanya dalam kalimat basmalah menunjukkan bahwa hanya Allah-lah yang memiliki sifat tersebut.
Baca: Kedudukan dan Makna Basmalah dalam Surat Al-Fatihah
Mengutip pendapat Imam Thahir Ibnu ‘Asyur, Prof. Quraish menjelaskan bahwa lafaz basmalah dengan ketiga kata yang menunjuk kepada Allah Swt telah dikenal jauh sebelum Al-Qur’an turun.
Lafaz basmalah, menurutnya, serupa dengan ucapan para rasul sejak masa Nabi Ibrahim As. Pendapat itu didasari pada QS. Maryam: 45. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَبَتِ اِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يَّمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمٰنِ فَتَكُوْنَ لِلشَّيْطٰنِ وَلِيًّا
“Wahai Bapakku, sesungguhnya aku takut azab dari (Tuhan) Yang Maha Pemurah menimpamu sehingga engkau menjadi teman setan.”
Tidak hanya itu, Nabi Sulaiman As juga menggunakan kalimat basmalah pada secarik surat yang dikirim kepada Ratu Balqis. Peristiwa yang terekam dalam QS. An-Naml: 30 itu merupakan salah satu bukti peninggalan ajarannya, terlepas dari lafaz tersebut berbahasa Arab atau tidak.