Ikhbar.com: Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Keberadaan pangan harus dijaga agar tidak menimbulkan masalah berupa kelaparan di suatu negara.
Meski berstatus negara agraris, Indonesia masih terbilang sebagai negara yang belum kuat di sektor ketahanan pangan. Bukti itu terlihat dari masih banyaknya bahan pangan yang berasal dari impor luar negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia telah mengimpor beras sebanyak 1,786 juta ton sepanjang Januari sampai September 2023.
Baca: 10 Hadis Ketahanan Pangan
Belajar dari Nabi Yusuf As
Selain Nabi Muhammad Saw, Nabi Yusuf As bisa dibilang sebagai bapak pencetus ketahanan pangan. Hal itu seperti yang dikisahkan pada QS. Yusuf: 47-48. Allah Swt berfirman:
قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِهٖٓ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ
“(Yusuf) berkata, ‘Bercocoktanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan’. Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.”
Menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir fi Zilal Al-Qur’an, ayat tersebut menceritakan Nabi Yusuf As yang menasihati raja untuk menyimpan hasil panen gandum selama tujuh tahun itu pada bulir-bulirnya. Saran tersebut dilontarkan agar persediaan makanan itu awet dan tidak cepat rusak, kecuali sebagian kecil saja untuk dimakan.
“Nabi Yusuf As juga menganjurkan untuk berhemat dan tidak berlebihan dalam konsumsi. Hal itu agar dapat digunakan pada masa paceklik tujuh tahun berikutnya,” jelas Sayyid Quthb.
Dalam menafsirkan QS. Yusuf: 47, Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ liahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin li ma Tadhammanahu min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan mengatakan, agar stok makanan tidak dimakan hama dan busuk, maka sebaiknya dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan.
Baca: Begini Cara Nabi Muhammad Perkuat Ketahanan Pangan
Manajemen stok
Sementara itu, ulama ahli tafsir Indonesia, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menegaskan, menyimpan buah atau biji-bijian dengan tangkainya akan mampu memperpanjang keawetan dan mencegah pembusukan.
“Hal itu menunjukkan bahwa cara-cara organik dan ramah lingkungan dalam pertanian memiliki keunggulannya tersendiri. Oleh karena itu, sistem pertanian yang ramah lingkungan pada dasarnya adalah metode yang harus selalu diterapkan dalam pertanian,” jelas dia.
Mengutip pendapat Imam Al-Qatadah, Imam As-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menjelaskan, yang dimaksud dengan lafal “tuhsinuna” pada QS. Yusuf: 48 merujuk pada makna, “Yang kamu simpan sebagai bekal.”
“Maksudnya nanti selama masa paceklik, masyarakat Mesir hanya bisa mengonsumsi makanan hasil panen sebelumnya, karena tidak ada hasil panen yang baru,” katanya.
Lebih lanjut, Imam As-Syaukani mengatakan, dalam menafsirkan mimpi Raja, Nabi Yusuf As juga menyertakan nasihat agar orang-orang bekerja keras sepanjang masa subur serta melarang mereka bermalas-malasan.
“Sebab, jika masa subur tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, maka hasil panen yang diperoleh tidak cukup untuk pemenuhan pangan di masa paceklik,” jelas Imam As-Syaukani.