Ikhbar.com: Isu lingkungan hidup merupakan salah satu pilar penting yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Aspek-aspek yang termasuk dalam isu ini melibatkan penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak, perkembangan kota dan pemukiman yang berkelanjutan, praktik konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanggulangan perubahan iklim, serta pelestarian ekosistem laut dan ekosistem darat.
Baca: Tafsir QS. An-Nahl Ayat 14: Mensyukuri Kekayaan Laut
Menjaga dari kerusakan
Perhatian Islam terhadap manusia dan lingkungan hidup dapat diibaratkan seperti setali tiga uang. Keduanya memiliki hubungan yang tak terelakkan, yakni simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Oleh karena itu, Islam memberikan panduan kepada manusia agar bersikap adil dalam mengelola lingkungan hidup.
Relasi timbal balik antar-keduanya tercermin dalam QS Ar-Rum: 41. Allah Swt berfirman:
ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Untuk mencapai keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidupnya, Allah Swt menetapkan batasan-batasan yang jelas mengenai sejauh mana manusia dapat memanfaatkan alam. Allah Swt berfirman dalam QS Al-Qashash: 77.
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Baca: Memaku Baliho Kampanye di Pohon bukan Akhlak Calon Pemimpin, tapi Teroris
Berlaku tanpa batas waktu
Dalam QS Al-Baqarah: 205, Allah Swt secara tegas mengancam orang-orang yang merusak lingkungan dengan siksaan yang pedih.
وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الۡاَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيۡهَا وَيُهۡلِكَ الۡحَـرۡثَ وَالنَّسۡلَؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الۡفَسَادَ
“Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS Al-Baqarah: 205)
Perhatian terhadap lingkungan hidup berlaku dalam setiap kondisi, tak terkecuali dalam situasi konflik yang menimbulkan konfrontasi, seperti dalam kondisi perang. Rasulullah Muhammad Saw memerintahkan agar upaya memerangi kekufuran tidak lantas membenarkan perusakan lingkungan.
Rasulullah Saw bersabda:
وَلا تُغْرِقُنَّ نَخْلاً وَلا تَحْرِقُنَهَا، وَلا تَعْقِرُوا بَهِيمَةً، وَلَا شَجَرَةً تُثْمِرُ، وَلَا تَهْدِمُوا بَيْعَةً
“Jangan sekali-kali menebang pohon kurma, jangan pula membakarnya, jangan membunuh hewan-hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah, janganlah kalian merobohkan bangunan.” (HR. Baihaqi).
Banyaknya ancaman Allah Swt terhadap perilaku merusak tidak lepas dari potensi negatif manusia yang cenderung melakukan kerusakan karena sifat rakus yang dimilikinya. Allah Swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30).