Ikhbar.com: Suatu negara memiliki kewajiban dan kebutuhan untuk fokus pada sistem pertahanan dan keamanan yang mereka miliki. Hal itu dilakukan dalam rangka menangkis kemungkinan buruk datangnya serangan dari musuh.
Mengacu data Global Fire Power (GFP), kekuatan militer Indonesia pada 2023 berada di peringkat 13 dari 145 negara.
“Posisi kekuatan militer Indonesia naik dua strip dari tahun sebelumnya,” rilis GFP, dikutip pada Ahad, 7 Januari 2024.
Meningkatnya peringkat kekuatan militer Indonesia itu tak lepas dari jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki. Pada 2023, kekuatan pertahanan udara Tanah Air dibekali dengan 466 unit, yang terdiri dari pesawat tempur, helikopter, tanker, hingga pesawat transport.
Di sektor keamanan darat, Indonesia memiliki 314 unit tank, kendaraan tempur baja (12,008), senjata artileri (153), roket (63), dan meriam tembak (414).
Sedangkan dalam pertahanan laut, Indonesia menempati urutan ke-6 dunia dengan total sebesar 324 unit, terdiri dari kapal perang Frigates, Corvettes, Submarines, Patrol Vessels, dan Mine Warfare.
Baca: Taktik Geopolitik Nabi
Anjuran Al-Qur’an
Melengkapi pertahanan sebuah negara dengan alutsista yang memadai sejatinya telah dianjurkan Al-Qur’an, tepatnya dalam QS. Al-Anfal: 60. Allah Swt berfirman:
وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ
“Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi.”
Ulama tafsir terkemuka, Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, umat Islam wajib menghadapi musuh dengan penuh waspada dari segala kemungkinan yang terjadi. Langkah untuk memperkuat hal tersebut, salah satunya adalah memberikan perhatian lebih kepada kualitas alutsista sebagaimana yang terdapat pada redaksi “Ribath al-Khayl,” yang berarti tambatan kuda perang. Buya Hamka menafsirkan redaksi tersebut dengan melihat konteks zaman.
Selain itu, Buya juga mengutip pendapat Umar Ibn Khattab ra yang mengatakan,
“Ajarkanlah kepada anak-anak kamu berenang dan memanah. Hendaklah mereka dapat melompat ke punggung kuda sekali lompat.”
“Akan tetapi, maknanya harus menyesuaikan zaman. Jika di masa Rasulullah Muhammad Saw dan sahabat perang umumnya menggunakan pedang dan tombak. Namun, di masa modern ini persenjataan semakin berkembang baik, misalnya kapal perang, panser wagon, jip militer, dan juga pesawat tempur,” jelas Hamka.
Dalam menafsirkan ayat tersebut, Hamka menceritakan pengalaman pribadinya ketika mengisi pengajian di Masjid Al-Azhar. Kala itu, salah satu peserta memberikan testimoni tentang betapa pentingnya keberadaan dan kualitas alutsista bagi sebuah negara.
Seorang jemaah pengajian bernama Haji Suyono, yang saat itu menjadi Laksamana Muda Angkatan Udara RI menjelaskan, sifat siaga dan waspada harus dimiliki setiap prajurit militer. Jika prajurit memiliki kendaraan dinas, maka harus dalam kondisi siap sedia bila suatu ketika terdapat perintah untuk menghadapi keadaan genting.
“Strategi untuk mempertahankan negara memiliki tujuan utama, yakni menggentarkan musuh yang terdapat dalam redaksi ‘Turhibunabih ‘aduwallah wa ‘aduwwakum.’ Penggalan ayat tersebut memiliki arti ‘yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu,” timpal Buya Hamka.
Menurut Buya Hamka, jika strategi yang dirancang telah matang, termasuk di dalamnya kebutuhan akan alutsista yang berkualitas bagi angkatan bersenjata, maka musuh pun akan berpikir ulang untuk menyerang kehormatan suatu negara.
“Akan tetapi jika sebaliknya, maka musuh akan menemukan celah untuk melakukan agresi ke suatu negara,” jelas dia.
Karena itu, Hamka menafsirkan ayat tersebut agar setiap orang bersikap waspada kepada musuh, baik yang nyata maupun tersembunyi.
Baca: Hadis-hadis tentang Geopolitik
Bukan untuk menindas
Senada dengan Hamka, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah juga menafsirkan penggalan ayat “Ribath al-Khayl” dengan menyesuaikan konteks zaman.
“Apabila melihat secara tekstual redaksi tersebut berarti kuda-kuda yang ditambat dengan tujuan untuk dipersiapkan sebagai kendaraan tempur,” katanya.
Menurutnya, hal tersebut pada zaman Nabi Saw memang lumrah digunakan. Bahkan ketika perang Badar kaum Muslimin hanya memiliki dua ekor kuda.
Sementara itu, dalam menafsirkan penggalan ayat “Turhibunabih ‘aduwallah wa ‘aduwwakum,” Prof Quraish menjelaskan bahwa mempersiapkan persenjataan dan kekuatan pendukung lain yang terkait dengan pertahanan nasional dilakukan untuk menjaga kedaulatan negara, bukan untuk menindas atau menjajah. Hal itu dilakuan untuk mencegah terjadinya agresi yang dilakukan negara lain.