Ikhbar.com: Tahun baru 2024 sudah di depan mata. Selain menanam harapan, momentum pergantian tahun juga selayaknya dijadikan sebagai ajang bermuhasabah.
Umat Muslim dianjurkan untuk selalu melakukan instropeksi diri atas perjalanan hidup yang telah dilaluinya. Hal itu perlu dilakukan demi bisa terus menjadi sosok yang lebih baik lagi di masa depan.
Dalam QS. Al-Hasyr: 18, Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Baca: Buya KH Said Aqil Siroj: Tiga Langkah Penting Sambut Tahun Baru
Evaluasi diri
Pakar tafsir Al-Qur’an, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, kata “ma qaddamat” dalam ayat tersebut merujuk pada amal yang dilakukan untuk meraih kemanfaatan di masa yang akan datang.
“Ini dilakukan seperti orang-orang ketika hendak menyambut tamu,” jelas Prof. Quraish.
Mengutip pendapat Imam Thabathaba’i, Prof. Quraish mengatakan, memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok memiliki makna sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah dilakukan.
“Seperti seorang tukang bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar menyempurnakannya bila telah baik, atau memperbaikinya jika masih ada kekurangan. Sehingga jika tiba saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan apa yang dilakukannya itu tampil sempurna,” jelas dia.
Ia menegaskan, setiap Muslim dituntut melakukan hal itu. Jika mampu menghasilkan hal baik, maka dia akan mendapat ganjaran. Sebaliknya, jika amalnya buruk, maka hendaknya dia segera bertobat.
“Maka dari itu, Imam Thabathaba’i menyebutkan bahwa perintah takwa yang kedua dalam ayat tersebut dimaksudkan untuk perbaikan dan penyempurnaan amal-amal yang telah dilakukan. Pendapat itu atas dasar perintah takwa yang pertama,” jelasnya.
Baca: Habib Quraish Shihab: Inti Muhasabah Adalah Kesadaran terhadap Keesaan Allah
Sementara itu, Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam Tafsir Al-Jami’ liahkam al-Qur’an, kata “ghad” yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hari kiamat.
“Kata ‘ghad‘ sendiri dalam bahasa Arab berarti besok. Beberapa ahli takwil menyatakan dalam beberapa riwayat: ‘Allah senantiasa mendekatkan hari kiamat hingga menjadikannya seakan terjadi besok, dan besok adalah hari kiamat,” jelas Imam Al-Qurthubi.
Meski demikian, ada juga yang mengartikan “ghad” sesuai dengan makna aslinya, yakni besok. “Hal ini bisa diartikan juga bahwa umat Muslim diperintahkan untuk selalu melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih baik,” katanya.