‘Ahlan Ramadan,’ Operasi Pasar ala Mesir di Tengah Jepitan Harga Kebutuhan Dasar

Anggaran rumah tangga keluarga Mesir semakin terbebani akibat inflasi tinggi yang dipicu depresiasi mata uang lokal dan lonjakan harga komoditas global.
Warga Mesir mendatangi salah satu bazar "Ahlan Ramadab" yang menjual aneka barang kebutuhan pokok dengan harga yang lebih murah. Dok MIDDLE EAST ONLINE

Ikhbar.com: Langit sore di Kairo mulai meredup, tetapi hiruk-pikuk pasar justru semakin ramai. Di antara lorong-lorong sempit, pedagang meneriakkan harga, sementara pembeli berlomba menawar. Aroma rempah dan buah kering bercampur dengan suara riuh keramaian, menciptakan suasana khas jelang Ramadan. Namun, di balik semangat belanja, ada keresahan yang mengendap, harga kebutuhan pokok terus merangkak naik.

Guna menghadapi hal itu, Pemerintah Mesir semakin gencar mengamankan stok komoditas strategis dan menstabilkan harga pasar menjelang Ramadan. Kementerian Pasokan dan Perdagangan Dalam Negeri bekerja sama dengan sektor swasta serta Federasi Kamar Dagang menggelar pameran “Ahlan Ramadan” di seluruh wilayah guna menyediakan bahan pangan pokok dengan harga lebih murah.

Pameran yang dalam tradisi Indonesia lebih dikenal sebagai operasi pasar ini diselenggarakan di berbagai lokasi, termasuk alun-alun publik, jaringan ritel, hipermarket, pusat perbelanjaan, serta toko kebutuhan pokok bersubsidi.

Ketua Divisi Bahan Pangan di Federasi Kamar Dagang Mesir, Hisham Al-Degwi menegaskan bahwa ketahanan pangan, terutama saat Ramadan, merupakan tanggung jawab kolektif berbagai pihak, termasuk kementerian, sektor swasta, dan pemerintah daerah.

“Gubernuran Giza sendiri menggelar lima pameran ‘Ahlan Ramadan,’ selain bazar satu hari di berbagai titik,” katanya, sebagaimana dikutip dari Al-Ahram, Selasa, 25 Februari 2025.

Salah satu bazar operasi pasar jelang Ramadan di Mesir. Dok AL-AHRAM

Baca: Ramadan di Mesir, Meresapi Angin Toleransi Bersemilir

Berburu harga murah di tengah inflasi

Seorang perempuan bernama Nouran yang berusia 30-an mendatangi salah satu gerai “Ahlan Ramadan” bersama putra dan putrinya. Dengan anggaran yang telah direncanakan, ia memprioritaskan pembelian bahan pangan utama seperti beras, pasta, susu, keju, dan minyak goreng.

Meskipun tidak berniat membeli yameesh, sebutan untuk aneka buah kering khas Ramadan, permintaan anaknya akan meshmeshiya (aprikot kering) membuatnya luluh.

“Agar tetap sesuai anggaran, saya memilih kemasan kecil seberat seperempat kilogram seharga 100 Pound Mesir (sekitar Rp50.000),” ungkapnya.

Untuk tahun ketiga berturut-turut, pegawai sektor publik tersebut tidak memasukkan yameesh dalam daftar belanja Ramadan.

“Harga melonjak begitu tinggi hingga tidak memungkinkan untuk membelinya,” ujarnya.

Nouran hanya membeli sedikit dari apa yang diminta anak-anaknya, serta beberapa bahan pokok seperti kurma dan qamareddin (jus aprikot) untuk berbuka puasa.

Meski menghadapi tekanan ekonomi, ia mengakui adanya manfaat dari potongan harga di pameran “Ahlan Ramadan.”

“Sebungkus gula yang di tempat lain dijual 35 Pound Mesir (sekitar Rp17.500), di sini hanya 30 Pound Mesir (sekitar Rp15.000). Ada juga pasta berbahan dasar semolina yang lebih murah 8 Pound Mesir (sekitar Rp4.000) dibanding harga pasar,” tambahnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, anggaran rumah tangga keluarga Mesir semakin terbebani akibat inflasi tinggi yang dipicu oleh depresiasi mata uang lokal dan lonjakan harga komoditas global. Inflasi tahunan mencapai puncaknya pada September 2023 di angka 38%, tetapi mulai mereda sejak saat itu.

Data terbaru menunjukkan, inflasi tahunan di Mesir turun menjadi 24,1% pada Januari 2025.

Di gerai lain, seorang perempuan bernama Um Mohamed (60) menabung hingga 1.000 Pound Mesir (sekitar Rp500.000) untuk membeli kebutuhan Ramadan bagi putrinya yang baru menikah. Bekerja sebagai petugas kebersihan, ia mengalokasikan tabungannya untuk membeli beras, pasta, kurma kering, kurma biasa, ayam beku, dan teh.

Menurutnya, harga bahan pangan masih tinggi, tetapi ia bersyukur bisa membeli kebutuhan dasar putrinya. Ia juga menyesalkan semakin berkurangnya isi paket Ramadan, yang biasanya tersedia di jaringan supermarket atau dibagikan oleh para dermawan.

“Dulu paket ini berisi banyak barang. Sekarang isinya hanya barang paling mendasar, misalnya, tidak ada kurma, tidak ada qamareddin. Bahkan sekantong beras kini hanya 900 gram, bukan lagi satu kilogram, sementara sebotol minyak yang biasanya satu liter kini hanya 650 mililiter,” keluhnya.

Barang-barang di pameran “Ahlan Ramadan” dijual dengan diskon hingga 30%, tetapi beberapa konsumen meragukan kualitasnya.

Mustafa, seorang ayah yang berbelanja sendiri tanpa membawa anak-anaknya, mengaku sengaja meninggalkan mereka di rumah agar tidak diminta membeli barang yang sulit ia jangkau. Awalnya ia menduga potongan harga tersebut tidak terlalu berarti, tetapi justru terkejut saat menemukan bahwa harga benar-benar lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas.

“Jika diskon seperti ini bisa diberikan sekarang, mengapa harga bahan pokok begitu mahal sepanjang tahun?” tanyanya.

Baca: Lonjakan Harga Bahan Pokok jelang Ramadan Ancam Tradisi Takjil Gratis di Mesir

Strategi pemerintah

Meski begitu, para pedagang di pameran tersebut tidak membayar biaya sewa dan barang langsung dikirim dari pabrik ke konsumen tanpa melalui perantara. Di toko biasa, pasta dikemas dalam karton yang setiap kotaknya seharga 10 Pound Mesir (sekitar Rp5.000), sehingga biaya kemasan ikut mempengaruhi harga jual. Namun, di pameran, pasta dikemas dalam kantung plastik, menghilangkan biaya tambahan dan memungkinkan harga lebih murah.

Pameran ini pun sering kali membuat para pedagang konvensional merasa dirugikan. Sebab barang yang sama dijual lebih murah daripada harga yang mereka dapatkan dari grosir. Kondisi ini membuat konsumen beranggapan bahwa pedagang meraup untung besar sepanjang tahun.

Selain itu, distribusi barang dibuat lebih efisien sehingga mengurangi biaya logistik. Biaya listrik untuk pameran pun ditanggung oleh pemerintah, sementara Kementerian Listrik membayar penerangan, dan Kamar Dagang mendanai pemasangan lampu di alun-alun publik. Dengan upaya kolektif ini, pedagang dapat menjual barang tanpa harus membebankan biaya tambahan kepada konsumen.

Sebelumnya, Menteri Pasokan Mesir, Sherif Farouk telah mengadakan pertemuan dengan perwakilan jaringan ritel besar untuk memperkuat kerja sama antara sektor publik dan swasta, serta memastikan bahan pokok tetap tersedia dengan harga yang wajar sepanjang Ramadan.

Selama Bulan Suci, pengawasan pasar akan diperketat untuk mencegah spekulasi harga dan gangguan pasokan. Kementerian Pasokan berencana meningkatkan inspeksi serta menerapkan sistem distribusi yang lebih terstruktur. Jaringan ritel yang menyelenggarakan pameran “Ahlan Ramadan” juga berupaya meningkatkan ketersediaan barang dengan memasukkan produk dari perusahaan di bawah Holding Company for Food Industries ke dalam rantai distribusi utama.

Para perwakilan jaringan ritel menegaskan komitmen mereka dalam mendukung ketahanan pangan nasional dengan menyediakan produk berkualitas tinggi dan harga kompetitif sesuai arahan pemerintah. Selain itu, sebuah pusat operasi bersama telah dibentuk antara kementerian dan jaringan ritel untuk memantau kelancaran pasokan serta mengatasi kendala logistik yang mungkin muncul dalam beberapa pekan mendatang.

Pemerintah Mesir memperkirakan bulan Ramadan akan dimulai pada 1 Maret 2025.

“Namun, itu tetap tergantung pada hasil pemantauan hilal,” ujar Farouk.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.