Ikhbar.com: Sepuluh menit sebelum matahari terbenam, beberapa orang tampak sibuk membagikan kurma dan air minum sebagai persiapan berbuka puasa. Di hadapan mereka, sebuah meja panjang terbentang membelah jalanan. Ornamen-ornamen khas Ramadan dan fanous atau lentera besar menggantung di atasnya.
Di atas meja yang dinamakan maidat ar-rahman (meja makan dari Tuhan yang Rahman) itu, sejumlah jenis penganan disuguhkan secara cuma-cuma. Pemandangan ini dapat ditemukan di hampir seluruh jalanan Mesir.
Selang beberapa waktu, anak-anak kecil menyalakan kembang api, tanda waktu iftar alias berbuka puasa telah tiba. Orang-orang meredakan dahaganya dengan air putih maupun jus, lalu beranjak ke menu utama.
Pada hari pertama bulan Ramadan, warga Mesir kebanyakan memasak mahsyi, yaitu makanan berat yang terbuat dari paprika, terong, kol, daun anggur, dan zucchini yang diisi nasi. Makanan ini biasanya disandingkan dengan olahan daging ayam.
Berbagi, bertoleransi
Menurut seorang warga Kairo, Mesir yang fasih berbahasa Indonesia, Mariam Ashraf Mahmoud, orang-orang di Negeri Piramida itu memang gemar melayani kebutuhan berbuka puasa untuk warga miskin dan para pelancong.
Tampaknya anjuran Nabi Muhammad Saw untuk menghidangkan sajian berbuka kepada orang yang berpuasa sudah mengakar menjadi tradisi.
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi).
Para tetangga, tak peduli Muslim maupun Kristen, turut memberikan manisan kepada tetangganya yang tengah berbuka puasa sebagai semacam hadiah untuk mengakrabkan diri.
“Masjid Al-Azhar membagikan 4.000 porsi makan, air, dan kurma untuk orang asing. Tahun ini adalah tahun yang kedua Masjid Al-Azhar melakukan itu dan alhamdulilah lancar,” kata perempuan lulusan Fakultas Perdagangan Universitas Kairo itu kepada ikhbar.com, pada Jumat, 7 April 2023.
Ia menyebut suasana Ramadan di Mesir memang jauh berbeda dengan negara-negara lain.
“Di saat sahur, akan ada seseorang yang berkeliling dan bilang ‘Esha ya naiim wahed adaym! (bangunlah, wahai orang yang masih tidur, agar bisa berzikir!),” ujarnya
Orang itu disebut mshrati. Ia membawa semacam drum dan memanggil nama-nama orang agar lekas terjaga dan bersantap sahur.
“Usai tarawih, para lelaki Mesir setengah wajib bermain sepak bola di jalanan. Dan itu kayak lomba gitu, enggak seperti main biasa,” katanya.
Menurut Mariam, ada kuliner yang khusus dibuat dan hanya ditemukan pada saat Ramadan. Terdapat minuman bernama kyusyaf, amaredin. Minuman ini terdiri dari buah-buahan kering seperti aprikot, tin, kismis dan prem, dengan ditambahkan jus aprikot dan berbagai jenis kacang. Minuman ini diminum bersama kurma.
“Ada juga minuman supia. Minuman yang terdiri dari susu, kelapa, gula dan vanila. Dan ada makanan manis yang bernama kunafah dan ataif,” terangnya.
Berbeda dengan kebiasaan di Indonesia yang berjalan-jalan di sore hari untuk ngabuburit dan berburu penganan takjil, orang Mesir justru melakukannya setelah tarawih. Destinasi yang terkenal ialah Syari’ Almu’ez, sebuah perkampungan tua di Kairo.
Suasana Ramadan di Mesir terasa syahdu dan klasik, begitu, aku Mariam. Cahaya lampu temaram di sepanjang jalan, dibarengi fanous Ramadan beraneka ragam, bangunan-bangunan berstruktur batu menciptakan atmosfer klasik yang tiada duanya.
Selain itu, destinasi lain yang populer adalah masjid. Di antara masjid-masjid yang terkenal di Kairo adalah Masjid Al-Azhar, Masjid Al-Hussein, Masjid Amr Ibnul’aas, Masjid Asaidah Aisyah, dan Masjid Asaidah Nafisah. “Orang mesir suka sekali berbuka puasa di restoran yang dekat Masjid Al-Hussein,” tambahnya.
Lebaran
Ketika tiba hari Idulfitri, umat Kristen mengucapkan selamat kepada umat Islam. Di antara mereka ada juga yang memberi hadiah.
Lepas waktu subuh, orang-orang bersegera pergi ke masjid untuk Salat Id. Suara takbir bersahutan. Balon berwarna-warni menghiasai jalanan dan rumah warga. Jemaah salat Idulfitri memadati masjid hingga ke jalan-jalan. Kurma dan manisan menjadi kudapan jelang salat yang dibagikan warga kepada jemaah.
Usai salat, Mariam mengaku memilih bercengkerama dengan keluarga besarnya di rumah nenek dan kakek. Di sana tersaji beragam makanan berbahan ikan.
“Salah satu macam ikan yang dimakan pda hari pertama Idulfitri adalah fsikh atau ikan asin. Ikannya bau banget, tapi rasanya enak. hehe,” pungkasnya.