Ikhbar.com: Tanda-tanda dan keistimewaan Nabi Muhammad Saw sudah tampak sejak masih berusia anak-anak, bahkan, ketika masih di dalam kandungan.
Syekh Muhammad Al-Shahrastani dalam Al-Milal wa an-Nihal menuliskan banyak keajaiban-keajaiban tersebut. Salah satunya adalah kemampuan Nabi Muhammad dalam mendatangkan rahmat hujan di saat Kota Makkah dilanda kekeringan.
Kala itu, Kota Makkah sedang paceklik. Sudah dua tahun, hujan tak juga turun. Lembah-lembah mengering, suara hewan saling bersahutan karena kelaparan.
Masyarakat Quraisy pun resah. Tak ada lagi yang bisa dilakukan, terkecuali mengadukan keluh kesahnya kepada pemuka mereka, Abu Thalib.
Baca: Mengenal Ar-Rahiq al-Makhtum, Rujukan Kisah Perjalanan Hidup Nabi Agung
Sebenarnya, tanpa laporan dan keluhan warga, pria bernama asli Imran tersebut mafhum. Sebab, Tanah Haram sudah begitu kritis dan genting diterpa kekeringan.
Abu Thalib mengangguk-angguk kala mendengar para tamunya berbicara. Guna menjawab keinginan orang-orang akan diturunkannya hujan, ia melangkah keluar.
Di gendongnya bayi suci yang masih menyusui. Dialah Muhammad Saw, keponakannya yang kelak menjadi penerang bagi seluruh alam.
Baca: Rekomendasi Film Biopik Rasulullah Muhammad, Cocok Diputar saat Libur Maulid Nabi
Kini, Abu Thalib sudah tepat menghadap ka’bah. Muhammad kecil disandarkan sejenak, lalu di angkatnya seraya mengucapkan doa;
“Ya Allah, dengan segenap hak anak ini!” Abu Thalib, mengulangi ucapannya tiga kali.
Tiba-tiba, langit yang sebelumnya tampak kosong membentang, langsung ditumbuhi gumpalan-gumpalan awan. Mega berarak dari segala penjuru arah, lantas turunlah hujan.
Sekejap, masyarakat takjub. Tak lama, mereka bersorak penuh kegirangan seiring lengkingan Abu Thalib memuji keberkahan yang dibawa Muhammad.
Kota Makkah kembali segar. Hujan telah kembali menyirami tetumbuhan dan juga harapan.