Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA (Mustasyar PBNU)
Bulan suci Ramadan merupakan bulan agung dan mulia yang kehadirannya senantiasa ditunggu setiap manusia muslim. Bulan ini merupakan bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan berkah dari Allah Swt. Karena itu, kehadirannya senantiasa disambut dengan persiapan-persiapan yang lengkap. Dalam bulan Ramadan, umat manusia dilatih agar menempa dirinya menjadi seorang yang taat kepada agama, memiliki disiplin yang tinggi, dan memiliki kesabaran yang maksimal. Karena itu, bulan tersebut digambarkan dapat menghapus dosa-dosa masa lalu, apabila diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah.
Persiapan kita untuk menyambut bulan tersebut adalah (1) menyiapkan diri untuk beribadah, seperti puasa dan ibadah-ibadah lainnya. (2) menyiapkan diri untuk bisa melaksanakan shiam Ramadan dengan sesungguhnya, yaitu puasa lahir dan puasa batin. Puasa lahir terdiri dari tiga hal, yaitu meninggalkan makan, minum, dan bercampur dengan istri sejak fajar di waktu subuh, sampai waktu maghrib dengan mengharap rida Allah Swt. Selain puasa lahiriyah, dilangkapi dengan puasa bathiniah, yaitu Al-Imsak atau menahan diri dari berbagai hal yang membatalkan puasa atau mengurangi nilainya.
Menahan diri pemahamannya sangat luas, antara lain tidak makan berlebihan pada waktu buka dan sahur, menahan pandangan mata agar tidak melihat hal-hal yang tercela, menjaga lisan agar tidak berdusta, tidak bergunjing, tidak menghina, dan tidak menyakiti orang lain. Menjaga pendengaran agar tidak mendengarkan berbagai informasi yang tercela atau informasi yang tidak ada gunanya. Menjaga seluruh anggota badan kita agar tidak terpeleset dalam keburukan. Selanjutnya harus bisa menahan diri dari hawa nafsu, ini salah satu aktivitas yang dirasakan berat oleh setiap orang.
Baca: ‘Ahlan Ramadan,’ Operasi Pasar ala Mesir di Tengah Jepitan Harga Kebutuhan Dasar
Hawa nafsu terdiri dari tiga macam (1) nafsu dalam memenuhi keinginan perut, (2) menjaga nafsu dari libido seksual, dan (3) menahan nafsu yang menyesatkan. Rasulullah Saw mengingatkan umatnya mengenai datangnya bulan yang suci dan mulia itu, beliau bersabda:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah Swt. telah mewajibkan kepadamu berpuasa di bulan itu. Pada bulan itu dibukalah pintu-pintu langit dan ditutuplah pintu-pintu neraka, sedangkan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu, terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (HR. Nasai, 2079, Ahmad, 8631).
Selama bulan Ramadan, sebagai bulan yang agung dam mulia, seorang muslim senantiasa meningkatkan amal dan ibadahnya dengan antusias. Para malaikat pun berseru: “Wahai orang-orang yang menghendaki kebajikan, datanglah! Dan wahai orang-orang yang menghendaki keburukan, tahanlah dirimu!” (HR. Nasai, 2080, Ahmad, 18042).
Baca: Rahim Ibu Kita
Ada lima keistimewaan bulan Ramadan yang harus kita sambut dengan penuh kesungguhan. Nabi Saw bersabda:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِي فيِ شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبيٌ قَبْلِيْ، أَمَّا وَاحِدَةٌ فَإِنَّهُ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ نَظَرَ اللهُ تَعَالَى ِإلَيْهِمْ وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّ بْهُ أَبَدًا، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يُمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ، وَأَمَّا الثَالِثَةُ فَِإنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فيِ كُلِّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ، وَأَمَّا الرَّابِعَةُ فَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا: اِسْتَعِدِّي وَ تَزَيَّنِي ِلعَباَدِي أَوْشَكُوْا أَنْ يَسْتَرِيْحُوْا مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا ِإلَى دَارِي وَكَرَامَتِي، وَأَمَّا اْلخَامِسَةُ فَإِنَّهُ ِإذَا كَانَ آخِرُ لَيْلَةٍ غُفِرَ لَهُمْ جَمِيْعًا، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلقَوْمِ: أَهَيَ لَيْلَةُ اْلقَدَرِ؟ فَقاَلَ: لاَ، أَلمَ ْ تَرَ إِلَى اْلعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ فَإِذاَ فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَاِلهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ
“Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadan, lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku yaitu: (1) Pada awal bulan Ramadan, Allah Swt melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. (2) Aroma mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari aroma misik (kasturi). (3) Para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. (4) Allah Swt memerintahkan (penjaga) surga-Nya: “Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hambaKu, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju ke tempat-Ku dan kemuliaan-Ku”, dan (5) Pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka seluruhnya”. Seorang sahabat bertanya: “Apakah itu malam Qadar wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya.” (HR. Baihaqi, 3450).
Betapa mulianya bulan Ramadan yang agung itu yang kita sebentar lagi akan menjumpainya. Alangkah baiknya kalau kita ikut aktif menyambut bulan itu dengan memperbanyak ibadah, amal saleh, bersedekah, membaca Al-Qur’an, dan menuntut ilmu. Untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an kita, lakukanlah kegiatan tadarus, sehingga satu sama lain di antara kita saling memperbaiki bacaan Al-Qur’an tersebut. Tidak boleh dilupakan, kita harus terus merajut tali silaturrahim dan menghidupkan malam-malam sepuluh terakhir Ramadan dengan I’tikaf dan bermuhasabah mengenai aktivitas kita yang telah lalu dan merencanakan hal yang terbaik untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.[]