Ikhbar.com: Problem ketimpangan gender masih menjadi isu krusial di kawasan Arab. Perempuan di sana tidak banyak mendapatkan peluang untuk bisa setara dengan apa yang bisa dilakukan kaum laki-laki.
Nouf Omar (26) adalah satu dari sedikit perempuan yang merasa telah memperoleh keberuntungan tiada tara. Omar mengaku tidak menyangka bisa menjadi pilot perempuan di Uni Emirat Arab (UEA), bahkan dengan usia termuda.
“Sejak berusia 15 tahun, saya terpesona dengan karier sepupu ayah, namanya Kapten Samir. Dia mengunjungi rumah setiap kali mendarat di Dubai,” katanya, dikutip dari Gulf News, Senin, 14 Agustus 2023.
Omar mengatakan, dengan semangat dan keyakinan menggebu, ia tak menyangka bisa memulai upaya mencapai impian tersebut melalui pelatihan sebagai pilot Boeing 777 di Spanyol. Dengan menjalani pendidikan di negeri orang secara tekun, akhirnya dia tergaransi mampu dan mahir menerbangkan pesawat hingga di ketinggian 35.000 kaki.

“Itu tidak mudah. Saya sering rindu rumah sementara jadwal begitu padat. Saya terbang pulang setiap kali saya bisa,” katanya.
“Bahkan, saya pernah bepergian selama 12 jam hanya untuk berbuka puasa dengan orang tua saya,” sambungnya.
Kini, Omar telah menerbangkan Boeing 777 ke lebih dari 70 tujuan di seluruh dunia. “Penting untuk memberi tahu para seorang gadis Muslim yang mengenakan jilbab untuk dapat melakukan apa pun yang dia bisa pilih untuk dilakukan,” kata dia.
Omar sangat berkomitmen dengan karier terbangnya. Dia begitu tampak konsentrasi berjam-jam untuk memperhatikan dan mempelajari dokumen rencana penerbangan sebelum berangkat ke bandara.
“Begitu saya mengudara, ini bukan hanya tentang mendapatkan pesawat dari titik A ke B, tetapi memastikan keselamatan semua penumpang dan awak,” ungkapnya.
Baca: 5 Tahun Reformasi, Begini Nasib Perempuan Saudi usai Dibolehkan Mengemudi
Omar ingin, setiap perempuan di negara-negara Arab bisa memiliki kesempatan seperti yang ia miliki. Dia juga mengakui bahwa kompetensi yang dimiliki perempuan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa dilakukan kaum laki-laki.
“Saya berterima kasih kepada pemerintah UEA karena telah membangun masyarakat yang inklusif dan setara. Gadis-gadis di sini harus bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Dan seharusnya, masyarakat juga sudah tidak mempermasalahkan hal itu,” katanya.