5 Tahun Reformasi, Begini Nasib Perempuan Saudi usai Dibolehkan Mengemudi

Perempuan Arab Saudi menunjukkan KTP-nya di pos pemeriksaan imigrasi saat berkendara ke Bahrain di King Fahd Causeway, sebuah jembatan yang menghubungkan kedua negara, di perbatasan Bahrain-Saudi, 22 Agustus 2019. Dok REUTERS

Ikhbar.com: Jawhara Al Wabili, perempuan pertama yang mengaspal di jalanan setelah Kerajaan Arab Saudi membolehkan kaum Hawa menyetir pada lima tahun lalu menyebut kebijakan tersebut sebagai terobosan yang tak terlupakan.

Menurut Al Wabili, peraturan tersebut merupakan reformasi paling revolusioner di sepanjang sejarah Kerajaan.

“Saya langsung mengemudi setelah diizinkan,” pria perempuan 55 tahun itu, dikutip dari AFP, Sabtu, 8 Juli 2023.

Ia mengaku sangat terkesan dengan gebrakan Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MbS) yang turut menarik perhatian global tersebut. Sebagai ungkapan syukur atas peraturan yang diterbitkan pada 2018 itu, Al Wabili pun membuka kelas mengemudi gratis untuk kaum perempuan.

“Ini sangat penting bagi perempuan yang hidup di sebuah negara yang sangat minim fasilitas transportasi umum,” katanya.

Baca: Mengapa Arab Saudi Sangat Panas?

Diperbolehkannya perempuan mengemudi mobil hanya salah satu bentuk reformasi yang diterbitkan Kerajaan Arab Saudi. Kebijakan lain yang terus dikembangkan dalam lima tahun terakhir adalah memberikan peluang bagi kalangan perempuan untuk menjabat duta besar, direktur bank, rektor universitas, bahkan astronaut.

Pada Mei 2023 kemarin, misalnya, Rayyanah Barnawi, menjadi astronaut perempuan pertama di Saudi yang sampai ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ilmuwan biomedis berusia 34 tahun itu mengangkasa selama 10 hari guna melakukan penelitian tentang sel punca dan kanker payudara.

 Rayyanah Barnawi memberikan tanda hati kepada keluarga setelah kedatangan kru di Kennedy Space Center pada 21 Mei 2023. Dok Reuters.

Tanpa wali laki-laki

Perubahan begitu radikal dan cepat memang telah terjadi di Kerajaan Arab Saudi. Padahal, sebelumnya, Arab Saudi dikenal sebagai negara degan undang-undang berbasis gender yang paling ketat di dunia. Menurut pihak Kerajaan, langkah itu merupakan bagian dari Visi 2030 yang diluncurkan sejak 2016. Melalui visi itu, Arab Saudi bertekad untuk terus berbenah menjadi negara yang kian modern.

CEO Niche Arabia, sebuah perusahaan konsultan komunikasi di Arab Saudi, Marriam Mossali mengatakan, Kerajaan juga telah menghapus aturan perwalian laki-laki pada 2019. Perempuan telah diberikan hak penuh untuk hidup mandiri, baik saat mengajukan paspor dan lainnya.

“Sebelumnya harus serba dengan persetujuan laki-laki, baik ayah, suami, atau saudara laki-laki mereka,” katanya.

Baca: Pertama Kalinya, Arab Saudi Tugaskan Perempuan Jaga Keamanan Umrah

Menurutnya, reformasi itu telah membuat perubahan besar. “Sejak dahulu, ambisi perempuan Saudi sebenarnya sudah dan selalu ada. Makanya mereka selalu mengatasnamakan anonimitas,” kata Mossali.

“Sebelum Visi 2030, misalnya, kami berada di dewan, tetapi foto kami tidak pernah dipublikasikan di situs web perusahaan. Kami berinvestasi dalam bisnis tetapi tidak pernah menjadi wajah merek kami. Namun, sekarang semuanya telah berubah,” sambung dia.

Perubahan juga merembet ke soal ketenagakerjaan. Seorang analis Saudi, Najah Al Otaibi mengatakan, proporsi perempuan Saudi dalam angkatan kerja pun meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2016. Yakni dari 17% menjadi sebanyak 37%.

“Setelah keputusan mengemudi, kami melihat bahwa semua kebijakan yang mengikutinya telah menantang peran tradisional perempuan dalam masyarakat Saudi,” kata dia.

“Posisi perempuan telah berubah, tidak hanya dari segi hukum, tetapi juga mentalitas. Banyak perempuan Saudi yang ingin bekerja dan berkarier. Dan sekarang pintu terbuka untuk mereka,” kata Al Otaibi.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.