Buya Husein: Perempuan adalah Kreator

Ulama karismatik asal Cirebon, Jawa Barat, Dr. KH Husein Muhammad saat membaca puisi dalam acara "Seminar Kesehatan Remaja Putri" di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, Selasa, 30 Januari 2024. Dok ISTIMEWA

Ikhbar.com: Ulama karismatik asal Cirebon, Jawa Barat, Dr. KH Husein Muhammad mengungkapkan banyaknya khazanah klasik, terutama literasi sastra yang mengadopsi tentang pesan-pesan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan. Di tengah anggapan hidup yang serba-maskulin, ulama-ulama dan tokoh sufi terdahulu justru menempatkan perempuan sebagai sosok yang berdaya dan berhak atas peluang yang sama.

Buya Husein, sapaan karib pengasuh Pondok Pesantren Dar al Fikr Arjawinangun Cirebon itu, pertama-tama membacakan penggalan puisi Maulana Jalaluddin Rumi:

إنَّما المرأة من نُور الله, فهي ليست مجرَّد حبيبة أو حتَّى مخلوقة بل إنَّها خلّاقة

“Perempuan diciptakan dari cahaya Tuhan, dia bukan sekadar kekasih, bahkan bukan sekadar makhluk. perempuan, dia adalah kreator.”

“Jadi, makna lafaz ‘khallaaqah‘ adalah kreator,” kata Buya Husein, saat menyampaikan pengantar sebelum pembacaan doa, dalam “Seminar Kesehatan Remaja Putri” di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, pada Selasa, 30 Januari 2024, kemarin.

Baca: Kitab Hikam al Hukama wa al Falasifah, Mahakarya Buya Husein Peredam Nafsu dan Amarah

Mengapa kreator? Buya Husein menjelaskan karena hal itu merujuk pada status perempuan sebagai ibu.

“Semua manusia lahir dari seorang perempuan. Tergantung kita memperlakukan perempuan, maka itulah yang akan terjadi terhadap proses generasi manusia,” ungkap Buya Husein.

Perempuan dan ilmu pengetahuan

Ketua Majelis Masyayikh Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) tersebut juga mengutip penggalan puisi dari penyair Arab terkemuka, Ahmad Syauqi.


هَذا رَسولُ اللَهِ لَم # يُنقِص حُقوقَ المُؤمِناتِ
العِلمُ كانَ شَريعَةً # لِنِسائِهِ المُتَفَقِّهاتِ
رُضنَ التِجارَةَ وَالسِيا # سَةَ وَالشُؤونَ الأُخرَياتِ
وَلَقَد عَلَت بِبَناتِهِ # لُجَجُ العُلومِ الزاخِراتِ
كانَت سُكَينَةُ تَملَأُ الدُن # يا وَتَهزَأُ بِالرُواةِ
رَوَتِ الحَديثُ وَفَسَّرَت # آيَ الكِتابِ البَيِّناتِ
وَحَضارَةُ الإِسلامِ تَن # طِقُ عَن مَكانِ المُسلِماتِ
بَغدادُ دارُ العالِما # تِ وَمَنزِلُ المُتَأَدِّباتِ
وَدِمَشقُ تَحتَ أُمَيَّةٍ # أُمُّ الجَواري النابِغاتِ
وَرِياضُ أَندَلُسٍ نَمَي # نَ الهاتِفاتِ الشاعِراتِ

“Lihatlah utusan Tuhan ini (Rasulullah Muhammad Saw). Dia tidak pernah mengurangi hak-hak perempuan beriman. Ilmu pengetahuan menjadi jalan hidup keluarganya. Mereka menjadi pengusaha, ahli hukum, politisi, aktivis kebudayaan, dan sastrawan,” ucap Buya Husein, menerjemahkan.

Lebih lanjut, Buya Husein memaknai puisi tersebut bahwa berkat putri-putri Nabi Saw, gelombang pengetahuan menjulang ke puncak langit.

“Lihatlah Sukainah, cucu Nabi Saw, namanya menebar harum di seluruh penjuru bumi. Ia mengajarkan kata-kata Nabi Saw dan menafsirkan kitab suci,” katanya.

“Lihatlah buku-buku dan kaligrafi yang indah bercerita tentang ruang perempuan-perempuan Islam yang gagah,” sambung Buya Husein.

Kota-kota sejarah ramah perempuan

Buya Husein melanjutkan, Baghdad merupakan rumah perempuan-perempuan cerdas, padepokan perempuan-perempuan elok, yang mengaji huruf-huruf suci dan menulis puisi. Sedangkan Damaskus adalah sang ibu bagi gadis-gadis cendekia, tempat pertemuan seribu perempuan piawai.

“Taman-taman Andalusia, merekah bunga warna-warni, perempuan-perempuan cantik bernyanyi riang, dan gadis-gadis anggun membaca puisi,” tutup Buya Husein.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.