Ikhbar.com: Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya tepat seabad silam menurut perhitungan kalender Hijriyah. Organisasi ini memiliki tradisi yang unik dalam merayakan harlah atau hari ulang tahunnya. Setiap tahun, peringatan Harlah NU diselenggarakan dua kali, yaitu pada 31 Januari menurut kalender Masehi dan 16 Rajab menurut penanggalan Hijriyah.
Meskipun begitu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan kebebasan bagi warga Nahdiyin untuk memperingati harlah menurut kalender Masehi atau Hijriyah. Namun berdasarkan peraturan organisasi, harlah peringatan hari lahir resmi NU menggunakan kalender Hijriyah. Hal ini dicantumkan dalam AD/ART NU Bab XXI Pasal 33 Tentang Harlah NU.
“Sesuai dengan SK PBNU Nomor 251 Pasal 5 Ayat (3) dan Keputusan Pleno Komisi Organisasi Muktamar ke-33 NU di Jombang, harlah NU dilaksanakan pada tanggal 16 Rajab,” tulis peraturan tersebut, dikutip pada Senin, 6 Februari 2023.
Usia satu abad NU yang diperingati tahun ini mengacu pada ketetapan kalender Hijriyah, yaitu 1344-1444 H. Sedangkan berdasarkan kalender Masehi, usia NU saat ini adalah 97 tahun.
Terdapat selisih tiga tahun antara penanggalan Masehi dan Hijriyah pada 2023. Hal ini disebabkan perbedaan metode yang berlaku pada kedua penanggalan tersebut.
Kalender Masehi didasarkan pada revolusi bumi dan memiliki 365 hari dalam setahun. Sementara kalender Hijriyah menggunakan acuan bulan lunar dengan 354 hari per tahun.
Meski sama-sama memiliki 12 bulan dalam setahun, tetapi satu bulan dalam kalender Hijriyah berkisar antara 29-30 hari, sedangkan satu bulan dalam kalender Masehi bisa mencapai 31 hari.
Selisih kedua kalender tersebut adalah 11 hari (365 hari dikurangi 354 hari). Jika dalam 100 tahun, selisih tersebut menghasilkan sekitar 36,6 bulan atau tiga tahun.