Ikhbar.com : Menunaikan ibadah haji merupakan impian utama bagi sebagian besar umat Islam. Selain menjadi rukun Islam kelima, haji juga dianggap sebagai puncak kesempurnaan ibadah seorang Muslim.
Kendati demikian, tidak semua orang memiliki kemudahan untuk berangkat ke Tanah Suci. Faktor biaya, kondisi fisik, serta antrean yang panjang membuat banyak orang hanya bisa berharap dan berdoa.
Di tengah tantangan tersebut, berbagai amalan dan doa diajarkan oleh para ulama sebagai bentuk ikhtiar spiritual. Salah satunya datang dari KH Syafi’i Fathurrohman, Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) An-Nidhomiyah, Japura Kidul, Cirebon, Jawa Barat. Menurutnya, zikir dan selawat dapat menjadi wasilah atau jalan kemudahan untuk menunaikan ibadah haji.
Baca: Berhati-hati lewat Fikih Haji
Selawat kunci pembuka segala hajat
Kiai Syafi’i, sapaan masyhurnya, menuturkan bahwa para ulama terdahulu banyak menekankan pentingnya memperbanyak membaca selawat. Hal ini didasarkan pada pengalaman spiritual mereka yang menunjukkan bahwa selawat dapat membuka jalan bagi segala kebaikan, termasuk hajat untuk berangkat haji.
“Zikir apapun itu sebaiknya selalu didahului dengan selawat,” ujarnya dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Esensi Ibadah Haji,” sebagaimana dikutip dari Ikhbar TV, pada Sabtu, 17 Mei 2025.

Selawat yang disarankan bersifat umum dan tidak terbatas pada satu bentuk saja. Berikut salah satu selawat populer yang dianjurkan:
اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada nabi kita Muhammad Saw.”
Baca: Kiai Syafi’i: Haji Mabrur bukan Label Permanen, Jangan sampai Balik ke Setelan Awal
Selawat hajjiyat
Namun, Kiai Syafi’i melanjutkan, jika ingin lebih spesifik, tersedia pula selawat yang secara langsung memohon kemudahan untuk berhaji dan menziarahi makam Rasulullah Muhammad Saw dengan redaksi:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ فِي لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin shalatan tuballighuna biha hajja baytikal harami wa ziyarata qabri nabiyyika ‘alayhi afdhlu ash-shalati was-salam fi lutfin wa ‘afiyah wa salamah wa bulughil maram wa ‘ala alihi wa sahbihi wa barik wa sallim.
“Ya Allah, limpahkanlah salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad dengan salam yang memungkinkan kami mencapai haji ke Baitullah yang suci dan mengunjungi makam Nabi-Mu dengan salam yang paling baik dan sejahtera, dalam kelembutan, kesejahteraan, keselamatan, dan pencapaian tujuan, serta kepada keluarganya dan sahabatnya, berilah berkah dan salam.”
“Tidak terdapat jumlah bacaan khusus dalam mengamalkan selawat ini. Yang terpenting ialah membaca dengan ketulusan dan istikamah,” terang Kiai Syafi’i.
Baca: Apakah Perempuan Haid Tetap Wajib ke Arafah saat Berhaji?
Doa dari Al-Qur’an dan tradisi ulama
Di samping selawat, umat Islam juga dianjurkan untuk membaca doa-doa yang secara khusus memohon kemudahan untuk berhaji. Doa tersebut bisa diamalkan setelah salat fardu atau di waktu-waktu mustajab lainnya.
Berikut doa yang sering diamalkan oleh para ulama sebagai permohonan dikaruniai kesempatan berhaji:
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا زِيَارَةَ بَيْتِكَ الْمُعَظَّمْ وَرَسُوْلِكَ الْمُكَرَّمْ فِي هَذَا الْعَامْ وَفِي كُلِّ عَامٍ بِأَحْسَنِ الْحَالِ
Allahumma urzuqna ziyarata baytikal mu’azzham wa rasulikal mukarram fi hadzal ‘aam wa fi kulli ‘aam bi ahsanil haal.
“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami rezeki untuk mengunjungi rumah-Mu yang agung dan Rasul-Mu yang mulia pada tahun ini dan setiap tahun dengan keadaan sebaik-baiknya.”
Doa ini berasal dari tradisi wirid para alim ulama dan banyak dibacakan dalam majelis-majelis zikir serta pengajian umum.
Selain itu, Al-Qur’an juga memuat permohonan Nabi Ibrahim dan Ismail agar ditunjukkan tata cara pelaksanaan ibadah haji. Doa ini bisa dibaca sebagai bagian dari harapan agar dimudahkan dalam menjalankan rukun Islam kelima.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Rabbana taqabbal minna innaka Antas-Sami’ul-‘Alim. Rabbana waj’alna muslimaini laka wa min dzurriyyatina ummatan muslimatan laka wa arina manasikana wa tub ‘alayna innaka Antat-Tawwabur-Rahim.
“Ya Tuhan kami, terimalah (amalan ibadah) kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Doa ini terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 127–128. Para mufassir seperti Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menjelaskan bahwa doa tersebut merupakan pengakuan kerendahan diri Nabi Ibrahim dan Ismail di hadapan Allah, meski sedang menjalankan perintah suci pembangunan Ka’bah.
Baca: Cara Nabi Ibrahim Temukan Fondasi Ka’bah
Niat, daftar, dan konsistensi ibadah
Selain aspek spiritual, Kiai Syafi’i juga menekankan pentingnya tindakan nyata. Mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji dianggap sebagai bentuk niat dan kesungguhan.
“Daftar haji itu bagian dari niat. Apakah nanti umur sampai atau tidak, itu urusan Allah. Yang penting, daftar saja dulu,” jelasnya.
Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam mengenai pentingnya mengiringi niat dengan amal. Banyak ulama menekankan bahwa niat tanpa ikhtiar hanya akan menjadi angan-angan. Dalam konteks haji, langkah awal seperti mendaftar, menabung, atau mengikuti manasik juga dihitung sebagai bentuk ibadah.
Menurutnya, para ulama juga mengajarkan agar memperbanyak sedekah, membantu sesama, dan memperbanyak istighfar. Semua amalan tersebut dapat membuka pintu rezeki dan mempercepat datangnya kesempatan berhaji.