Kiai Syafi’i: Haji Mabrur bukan Label Permanen, Jangan sampai Balik ke Setelan Awal

KH Syafi'i Fathurrohman saat menjadi narasumber dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk "Esensi Ibadah Haji" di Ikhbar TV. Dok IKHBAR

 

Ikhbar.com: Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) An-Nidhomiyah Japura Kidul, Cirebon, Jawa Barat, KH Syafi’i Fathurrohman menegaskan bahwa predikat haji mabrur bukan sekadar gelar spiritual, melainkan buah dari transformasi diri yang nyata usai menunaikan ibadah haji.

Pernyataan itu disampaikan dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Esensi Ibadah Haji” yang tayang di Ikhbar TV, dikutip Kamis, 15 Mei 2025.

“Secara sederhana, mabrur berasal dari akar kata birrun, yang berarti kebaikan yang menyeluruh,” jelas Kiai Syafi’i, sapaan masyhurnya.

Baca: Berhati-hati lewat Fikih Haji

Menurutnya, makna kebaikan tersebut mencakup relasi vertikal kepada Allah Swt sekaligus hubungan horizontal dengan sesama manusia. Haji mabrur, kata dia, bukan status instan atau abadi. Ia harus dijaga dan dibuktikan lewat konsistensi perilaku usai kembali ke Tanah Air.

“Predikat mabrur itu tidak bisa dilihat selama menjalankan ibadah haji, tapi baru tampak setelah pulang. Bagaimana dia berubah, itu yang jadi tolok ukur,” ujarnya.

Kiai Syafi’i menyebut beberapa ciri haji mabrur, antara lain perubahan akhlak, peningkatan kesalehan pribadi, dan tumbuhnya empati sosial.

“Orang yang sebelumnya jarang tersenyum, kini menjadi murah senyum. Yang dulunya berat bersedekah, sekarang ringan tangan. Termasuk dalam kedisiplinan ibadah, seperti makin rajin salat berjamaah di masjid,” tuturnya.

Meski demikian, menurutnya, tantangan terbesar justru muncul setelah jemaah kembali ke lingkungan asalnya. Lingkungan sosial yang sebelumnya ditinggalkan selama berhaji bisa menjadi ujian baru yang menggerus semangat perubahan.

“Minimal, dia mampu mempertahankan kondisi baiknya, tidak kembali ke kebiasaan lama atau terdegradasi oleh atmosfer kampung halamannya,” tegasnya.

Baca: Apakah Perempuan Haid Tetap Wajib ke Arafah saat Berhaji?

Kiai Syafi’i menekankan, haji yang mabrur adalah ibadah yang berdampak. Ia bukan sekadar ritual fisik, tapi proses pembentukan karakter dan perluasan manfaat bagi orang lain.

“Tanda paling nyata dari haji mabrur adalah akhlak yang membaik dan kebermanfaatan sosial yang semakin luas,” pungkasnya.

Obrolan selengkapnya, bisa disimak di sini:

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.