Ikhbar.com: Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Qatrunnada Wahid menilai, bangsa Indonesia saat ini memiliki kemunduran dalam pemahaman, semangat, dan pengamalan Pancasila ketimbang generasi 1945.
Menurut Alissa, hal itu karena memang generasi sekarang banyak yang sudah meninggalkan Pancasila.
“Nilai-nilai luhur Pancasila sangat tampak. Misalnya, Sila pertama yang berkaitan dengan spiritualitas,” ujar putri sulung KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.
Karena sebagai bangsa maupun individu, lanjut Alissa, itu berangkat dari spritualitas, bukan dari hal-hal yang sifatnya rasional semata.
“Spiritualitas dalam bentuk sila ‘Ketuhanan Yang Mahas Esa’ konkretnya adalah nilai-nilai kebaikan. Karenanya, ajaran agama-agama yang ada itu rata-rata adalah ajaran kebaikan,” kata Alissa pada Minggu, (9/10/2022).
Kedua, lanjut dia, kemanusiaan yang adil dan beradab. Menurut Alissa, Pancasila menghadirkan dua nilai adil. Yakni manusia yang adil, dan sistem sosial yang berkeadilan. Ketiga, menjunjung tinggi persatuan dalam kebinekaan.
Baca juga: Maulid Nabi, Menag Yaqut Ajak Jaga Harmoni dan Teladani Rasulullah
“Persatuan adalah tujuan akhir dalam memelihara semangat bersama,” terang Alissa.
Sila keempat, soal demokrasi. Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menyebut, demokrasi di Indonesia agak berbeda dengan sistem demokrasi di negara lain, misalnya Amerika Serikat (AS).
“Demokrasi di negara lain, perlindungan terhadap hak rakyat sangat besar, tetapi bersifat individual. Tapi di Indonesia, sila keempat menyebutkan istilah permusyawaratan dan perwakilan. Artinya, yang kita pilih adalah orang-orang yang akan bermusyawarah akan mewakili kita. Bukan hanya voting-votingan, tetapi secara spesifik menggunakan deliberatif demokrasi alias melibatkan banyak pihak,” kata dia
Harapannya, ujar Alissa, dengan sistem permusyawaratan, bangsa ini lebih bisa melakukan elaborasi dari pada sistem voting.
Sila terakhir, lanjut dia, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya, dengan sila ini, harusnya, sistem yang dibangun adalah yang menjamin keadilan dalam kehidupan sosial.
Baca juga: Tradisi Melekan, Syukuran Pascapanen untuk Menjaga ‘Obor’
“Dalam hal ini, kita masih kurang. Upaya itu terus dilakukan, tetapi kesenjangan masih ada,” kata dia.
Nilai-nilai luhur itu, kata Alissa, adalah modal untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Pancasila harus dijadikan falsafah hidup seluruh bangsa Indonesia serta diharapkan tidak hanya menjadi falsafah hidup atau ideologi negara.
“Pancasila ini merupakan nilai-nilai yang mampu mencegah terjadinya diskriminasi, intoleransi, atau pecah belah bangsa.
Lebih lanjut, Pancasila tersebut dinilai mampu menyelamatkan Indonesia untuk tidak memiliki problem sentimen keberagaman separah negara lainnya.
“Tidak seperti dominasi hindutva atau nasionalisme Hindu di India, bahkan Undang-Undang Kewarganegaraannya membuat penganut lainnya. Atau di Burma, yang menyebut warga negara Myanmar adalah penganut Budha,” tandasnya.