Ikhbar.com: Hukum mencintai Rasulullah Muhammad Saw bagi umat Islam yang baligh dan berakal adalah wajib. Hal itu berdasarkan firman Allah Swt dalam QS Ali Imran: 31;
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Demikian disampaikan KH Sobih Adnan dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid Nursiah Daud Paloh (NDP) Lampung, Kamis, 6 Oktober 2022, malam.
“Argumen lainnya adalah berdasarkan hadis Rasulullah yang berbunyi, ‘Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku (Nabi) lebih ia cintai dari ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia,” sebut pria yang karib disapa Gus Sobih tersebut.
Sementara alasan paling rasional tentang keharusan mencintai Nabi Muhammad Saw adalah karena berkat kelembutan hatinyalah umat Islam diberi banyak kemurahan oleh Allah Swt baik dalam menjalankan ibadah maupun dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
“Ada doa yang direkomendasikan Allah Swt kepada kita yang itu bersumber dari harapan Nabi Muhammad Saw agar umatnya diberikan kemurahan ketimbang umat-umat nabi sebelum Rasulullah,” ujar Gus Sobih.
Doa yang dimaksud adalah beberapa penggal ayat dalam QS. Al-Baqarah: 286;
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ
“… Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya…”
Menurut dia, doa tersebut sekaligus merupakan garansi keselamatan bagi umat Nabi Muhammad Saw. “Ada permohonan agar Allah Swt lebih berkenan mengampuni umat Rasulullah. Kita ingat, sekali lalai memakan buah khuldi, Nabi Adam dan Siti Hawa langsung dihukum dengan diturunkan ke bumi. Sementara kita, seberapa pun bermaksiatnya, Allah tidak langsung atau secara otomatis diberi sanksi langsung di dunia. Akan tetapi, diberikan waktu dan kesempatan agar bertobat sebelum memasuki kehidupan akhirat,” jelas dia.
Baca: Aneka Tipu Daya Setan Menurut KH Ahmad Zuhri Adnan
Begitu pula ada banyak aturan bagi umat Rasulullah yang lebih diringankan ketimbang ketentuan umat-umat nabi sebelumnya. “Doa itu juga meminta kemurahan agar tidak diberi beban seberat umat nabi terdahulu. Itu makanya, jumlah waktu salat umat Nabi Muhammad cuma lima waktu, bukan 50 waktu,” kata dia.
Guna menumbuh-kembangkan rasa cinta terhadap Rasulullah, Sobih menyarankan agar seseorang rajin mendaras kesempurnaan Nabi Muhammad. Menurut dia, nabi bukan manusia biasa. Bahkan kehadirannya digadang-gadang jauh sebelum kelahirannya secara fisik.
“Sebelum dilahirkan, keberadaan Nabi Muhammad sudah akrab dengan para penghuni langit. Sebelum hadir di dunia, eksistensi Nabi Muhammad sudah ada dalam bentuk nur (cahaya),” kata dia.
Mengutip Wulida al-Huda Falkainat Dliya karya Ahmad Syauqi Back, Sobih mengisahkan bahwa suatu kali Rasulullah pernah bertanya tentang pengalaman Jibril yang paling mengesankan sepanjang hidup dengan usia sampai ratusan tahun.
“Jibril menjawab, pengalaman paling mengesankan adalah ketika ia mampu melihat Nur Muhammad yang melintas di langit setiap 70 ribu tahun sekali. Seluruh penduduk langit selalu merindukan cahaya itu. Barulah setelah bisa melihat cahaya itu sebanyak 70 ribu kali, puncak dari segala keindahan itu terjadi,” terang Gus Sobih.
Setelah itu, lanjut Sobih, Nabi kembali bertanya, “Kapankah puncak keindahan itu terjadi, wahai Jibril?”
Jibril pun menjawab, “Saat engkau dilahirkan, wahai Rasulullah.”