Warga Filipina Kepincut Makanan Khas Palestina di Bazar Lebaran

Warga Filipina membeli makanan di stand Palestina di Halal Bazaar Kota Quezon, Metro Manila, pada 10 April 2024. Foto: Dok. Pemerintah Kota Quezon, Filipina.

Ikhbar.com: Warga Filipina berbondong-bondong ke Halal Bazaar selama perayaan Idulfitri. Selain mencari hidangan khas mancanegara. Pengunjung yang juga terdiri dari non-Muslim datang untuk mendukung umat Islam dan kampanye toleransi di negara mereka. Pasalnya, negara tersebut mayoritas memeluk agama Katolik.

Acara yang berlangsung di Kota Quezon, Metro Manila itu berlangsung pada Rabu- Kamis, 10-11 April 2024. Halal Bazaar diselenggarakan oleh Organisasi Kongres Ulama Filipina dan pemerintah setempat. Di dalamnya berisi perayaan budaya dan masakan khas umat Muslim dari penjuru dunia.

Selain dapat mencicipi masakan khas umat Muslim dari Timur Tengah dan Asia Selatan, pengunjung juga dapat menikmati beragam hidangan lokal.

Acara tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat setempat, salah satunya siswa bernama Rashdi Laurente. Ia yang datang bersama sang ibu menegaskan mendukung komunitas Muslim di negerinya.

Baca: Seribu Warna Mengelilingi Ka’bah, Potret Lebaran di Makkah

“Kami ingin mendukung komunitas Muslim,” tegas dia dikutip dari Arab News pada Kamis, 11 April 2024.

Laurente mengatakan, Halal Bazaar juga secara tidak langsung bentung dukungan pemerintah kepada pedagang makanan lokal. Di sisi lain, acara tersebut juga dapat membantu warga Muslim untuk menemukan sajian halal. Pasalnya, di Filipina sangat sulit menemukan makanan berlabel halal.

“Menemukan makanan halal sangat sulit, terlebih lagi, sebagian besar restoran halal dan produk makanan halal sebenarnya adalah restoran lokal. Jadi ini juga merupakan cara untuk mendukung bisnis lokal yang datang dari daerah jauh,” kata dia.

Pemeluk Islam di Filipina hanya 10% dari total populasi yang mencapai 110 juta jiwa. Kebanyakan umat Muslim tinggal di pulau Mindanao dan kepulauan Sulu di selatan negara tersebut.

Meski demikian, ibu kota Manila juga merupakan rumah bagi komunitas Muslim dengan ratusan ribu pemeluk Islam tinggal di sana.

Fokus pada tradisi kuliner Muslim di Filipina telah meningkat baru-baru ini. Hal itu dilakukan seiring dengan investasi negara tersebut dalam memperluas industri halal. Pemerintah setempat berharap negaranya dapat menjadi pusat utama industri halal di Asia.

Dukungan ke Palestina

Meningkatnya minat masyarakat Filipina terhadap warisan Timur Tengah diakibatkan oleh kehadiran puluhan warga Filipina-Palestina yang dievakuasi dari Gaza. Mereka dievakuasi setelah serangan mematikan Israel yang dimulai pada bulan Oktober 2023 lalu.

Banyak orang Filipina yang mencoba mempelajari lebih banyak tentang budaya Palestina, salah satu caranya melalui masakan. 

Selama bulan Ramadan, para pengungsi Gaza dan aktivis Filipina telah memperkenalkan warga dalam negeri terhadap masakan Palestina. Mereka menyajikannya di Little Gaza Kitchen di Kota Quezon dengan menyajikan makanan berbuka puasa tradisional.

“Yang sangat saya nantikan dan salah satu yang paling sulit ditemukan sebenarnya adalah maqlouba (makanan khas Palestina berupa sayuran goreng dengan ayam atau daging),” kata Laurente.

Ia mengaku terakhir kali mencoba hidangan tersebut dengan warga Palestina saat mereka menjadi tuan rumah open house Little Gaza.

“Kami menyukai hidangan ini,” kata ibu Laurente, Swelin. 

“Kecintaan warga Palestina terhadap makanan mereka sama dengan cinta yang kita lihat pada keluarga mereka di Gaza,” ujar dia.

Bagi mereka, menyantap masakan Palestina terasa berbeda dibandingkan menyantap makanan Arab lainnya.

“Setiap kali kami melihat mereka bahagia saat memasak dan makan, kami juga merasakan cinta dan kebahagiaan yang sama,” kata Laurente.

Sementara itu, teman Cristine, Jane dan Dom, mahasiswa non-Muslim asal Metro Manila, berencana datang ke Quezon City Memorial Circle setelah mengetahui akan ada warga Palestina di sana.

“Kami mengetahui dari postingan di Facebook bahwa akan ada bazar halal hari ini, itulah mengapa kami datang ke sini juga untuk mendukung para pengungsi dari Palestina,” kata Jane.

Bagi Cristine, acara tersebut juga merupakan cara untuk lebih dekat dengan pengalaman dan tradisi orang lain yang hidup di tengah masyarakatnya.

“Dalam komunitas yang banyak penduduknya beragama Islam, bagus sekali jika ada komunitas seperti ini,” katanya. 

Cristine yang seorang non-Muslim mengaku adanya acara tersebut membuka peluang dirinya untuk bisa merasakan makanan dan budaya umat Muslim.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.