Ikhbar.com: Sekurangnya 2,5 juta umat Islam dari berbagai penjuru dunia memadati halaman kompleks hingga area tawaf di depan ka’bah, di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Uniknya, kerumunan jemaah yang biasanya didominasi nuansa putih, kali ini tampak lebih berwarna-warni.
Sebagaimana yang diyakini mayoritas umat Muslim, Idulfitri yang merupakan hari perayaan kemenangan ditandai dengan upaya setiap orang untuk memakai pakaian terbaik mereka. Selain itu, multiwarna yang hadir pada saat perayaan Idulfitri juga disebut pengaruh dari meningginya minat jemaah untuk membeli pakaian khas Arab Saudi yang sejatinya mengadopsi banyak pilihan warna.
“Jemaah sekarang banyak yang begitu semangat bertanya tentang pakaian tradisional Saudi, seperti mishlah maupun ghutra, tidak cuma yang putih, tetapi juga yang berwarna merah,” ungkap seorang karyawan hotel di Makkah, Arwa Al-Harbi, sebagaimana dikutip dari Arab News, Rabu, 10 April 2024.
Baca: Aneka Perayaan Lebaran di Arab Saudi, Ada Pesta Kembang Api hingga Konser Musik
Melawan streotip
Menurut Al-Harbi, hal tersebut merupakan fenomena yang baru dan cenderung baik bagi masa depan seni dan kebudayaan Arab Saudi.
“Pemuda negara-negara Teluk sering kali digambarkan dengan pakaian acak-acakan dalam drama televisi dan film, sehingga melanggengkan stereotip yang tertanam dalam benak banyak pengamat. Namun, jika diamati lebih dekat, anggapan ini ternyata keliru, karena banyak wisatawan atau jemaah umrah mengakui keanggunan dan pesona pakaian Saudi,” katanya.
Selain itu, Al-Harbi juga berpendapat, beragam gaya dan warna pakaian yang banyak ditemukan di Makkah selama perayaan Idulfitri kian memperkuat reputasi kota tersebut sebagai mercusuar keberagaman budaya dalam semangat persatuan Islam.
“Ini mengirimkan pesan kuat kepada dunia, bahwa persatuan umat Islam justru ditopang oleh umat dengan berbagai latar belakang budaya dan peradaban yang berbeda-beda,” katanya.
Baca: Masjidil Haram kian Memesona
Kesempatan langka
Sementara itu, peneliti Makkah, Saad Al-Joudi mengatakan, kemeriahan Idulfitri kali ini makin menguatkan keistimewaan status Makkah dan Madinah.
“Dibedakan dari tempat lain di seluruh dunia, Makkah dan Madinah sebagai surga spiritual dan tujuan ziarah bagi umat Islam dari setiap benua,” katanya.
Dia mengatakan, para jemaah tampak begitu semangat mengumandangkan takbir Idulfitri di jalan-jalan, hingga pasar-pasar di Makkah. Suara mereka memenuhi udara dengan nuansa penuh kegembiraan.
“Para peziarah sangat menantikan kesempatan untuk mengunjungi dan menghabiskan liburan mereka di kota-kota ini, mengingat hal itu merupakan pemenuhan aspirasi spiritual mereka,” katanya.
Ahmed Mohammed, seorang jemaah umrah asal India, mengaku sangat gembira bisa berkesempatan merayakan Idulfitri di Makkah.
“Saya senang melihat beragam gaya pakaian, terutama ketika ada juga jemaah dari negara lain yang menyukai pakaian tradisional negara saya, India. Di sini, kami saling mengapresiasi,” kata Mohammed.
Hal serupa juga diungkapkan Taqi Al-Din, asal Nigeria. Menurutnya, jemaah asal Afrika cenderung lebih senang menggunakan pakaian dengan warna-warna cerah dan mencolok untuk acara-acara formal.
“Tentu, dengan sulaman rumit dan unik untuk memberikan kesan tersendiri,” jata Al-Din.