Ikhbar.com: Artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan kini semakin memikat dengan kemampuannya merespons secara natural dan seperti manusia. Namun, di balik kejeniusan yang tampak dari AI, sebut saja ChatGPT atau Cohere, terdapat jaringan besar manusia yang turut melatih mesin tersebut.
Pendiri Cohere, Ivan Zhang mengatakan, jaringan manusia itu bukan hanya pekerja biasa, tetapi juga para ahli dari berbagai bidang yang memiliki pengetahuan mendalam, seperti sejarawan, ilmuwan, hingga dokter yang membantu mengasah kecerdasan AI.
Di tahap awal pengembangan AI, pekerjaan pelatihan ini dilakukan oleh tim besar yang sebagian besar terdiri dari pekerja berbiaya rendah. Mereka membantu mesin memahami hal-hal dasar, seperti membedakan gambar mobil dari wortel. Namun, seiring dengan meningkatnya kompleksitas AI, kebutuhan akan pelatih yang lebih terlatih juga meningkat.
“Dulu kami bisa mempekerjakan mahasiswa untuk melatih AI,” kata Zhang, sebagaimana dikutip dari Reuters, Ahad, 29 September 2024.
“Sekarang, kami membutuhkan dokter berlisensi atau analis keuangan untuk mengajarkan AI beradaptasi di lingkungan profesional,” ungkapnya.
Cohere bekerja sama dengan Invisible Tech, sebuah perusahaan yang mempekerjakan ribuan pelatih manusia di lebih dari 100 negara. Invisible Tech juga melatih model AI perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan AI21.
Baca: Negara Arab Kompak Investasi ke Perusahaan AI
Pendiri Invisible Tech, Francis Pedraza mengatakan, perusahaannya mengontrak pekerja dengan berbagai tingkat keahlian, dari pemegang gelar PhD hingga master, dengan bayaran mulai dari 15 dolar Amerika Serikat (AS) hingga 200 dolar AS (setara Rp750 ribu hingga Rp3 juta) per jam.
“Tergantung pada kompleksitas pekerjaannya,” sebut Pedraza.
Pelatihan ini sangat penting untuk mengurangi apa yang disebut dalam dunia AI sebagai “halusinasi” — ketika AI menghasilkan informasi yang salah atau tidak akurat. Halusinasi ini bisa sangat merugikan, seperti yang terjadi pada tahun 2023 ketika chatbot Google memberikan informasi yang salah tentang satelit pertama yang mengambil gambar planet di luar tata surya. Kesalahan semacam ini bisa menurunkan daya tarik AI bagi bisnis, sehingga perusahaan AI berlomba-lomba mencari cara untuk mengurangi halusinasi ini, salah satunya dengan bantuan pelatih manusia.
Baca: Google: AI Biang Kerok Kesesatan di Internet
OpenAI, yang memelopori gelombang AI generatif, telah membentuk tim peneliti bernama “Human Data Team” yang bekerja sama dengan pelatih AI dari Invisible Tech dan perusahaan lain. Mereka menjalankan berbagai eksperimen untuk memperbaiki model AI, termasuk mengurangi halusinasi dan meningkatkan gaya penulisan. Invisible Tech menyebut bahwa mereka memiliki lebih dari 1.000 pekerja kontrak hanya untuk OpenAI, menunjukkan besarnya kebutuhan AI untuk terus dilatih dan disempurnakan.
Selain Invisible Tech, perusahaan lain seperti Scale AI juga ikut bersaing di industri ini. Scale AI, yang terakhir kali dinilai sebesar 14 miliar dolar AS, menyediakan data pelatihan untuk berbagai perusahaan AI, termasuk OpenAI.
Peningkatan kebutuhan akan pelatih manusia menciptakan pasar baru bagi pekerja dari berbagai latar belakang. Bahkan, mereka yang tidak memiliki keterampilan pemrograman bisa menjadi pelatih AI, selama mereka memiliki pengetahuan mendalam di bidang tertentu. Ini menunjukkan bahwa, meskipun AI terlihat sangat cerdas, peran manusia masih sangat penting dalam membentuk dan menyempurnakan kecerdasan tersebut.